Tidak Semua Anak Harus Hobi Membaca

Udah kontroversial belum judul postingannya?😆

Tenang, Gais... jangan julid dulu!  Tentu saja saya termasuk yang mendukung gerakan literasi untuk menumbuhkan minat baca anak sejak dini.

Yes,  I do! 

Raising A Reader

Buku adalah salah satu yang saya perkenalkan kepada anak-anak sejak mereka masih bayi.

Membeli buku anak hampir menjadi sebuah hobi, baik itu buku baru atau pun bekas. Ada satu masa, saya sampai harus menahan diri untuk tidak membeli lagi karena rak buku di rumah sudah terlalu penuh. Sampai akhirnya, kami hibahkan beberapa buku. (lalu beli lagi...  #eh) 

Terbukti ketika pindahan (yang mana sudah sekian kali terjadi) dus koleksi buku kami termasuk yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dus lainnya, bahkan mengalahkan dus peralatan dapur. 

Alhamdulillah enggak cuma doyan belinya, saya juga menikmati momen membacakan buku untuk anak-anak. Meskipun seringkali ngantuk menyerang saat mereka sedang asyik menyimak, lalu sesi membaca pun berujung, "Ibu ... kenapa ceritanya jadi kaya gitu?" protes mereka, hahaha ... rupanya si Ibu ngelindur. 

Walau dihadang tunduh, tetap membaca buku sebelum tidur is one of our quality times, sambil gogoleran dan pelukan.

Sebelum pandemi, perpustakaan juga adalah salah satu yang cukup sering kami kunjungi sebagai sarana rekreasi.  Sekarang, aplikasi Ipusnas, let's read, dan web literacy cloud menjadi penyelamat kami ketika butuh bacaan baru, tapi jatah jajan buku sudah habis. 

Setelah semua usaha dilakukan, hasilnya bagaimana? 

Cita-cita Ibu Terpenuhi 

Alhamdulillah di anak pertama sungguh terlihat jelas. Harapan saya mempunyai anak yang hobi membaca terwujud. 

Dia enggak akan mati gaya, asal ada buku bersamanya. Bahkan terkadang di tengah keramaian dan badai gadget,  dia bisa asyik mojok dengan buku di tangannya.

Dan sejatinya buku itu memang gudang ilmu. MasyaAlloh wawasannya menjadi sangat luas. Mulai dari pengetahuan umum seperti kenapa beruang kutub tidak memakan penguin (kenapa coba?) sampai sirah nabi dan para sahabat, dia hafal. Seringkali ibunya dibuat malu karena kalah tahu. 

Dia juga khatam dengan segala kisah peperangan, kapan terjadinya dan siapa tokoh di baliknya. Mulai dari perang Badar,  Uhud, Mu'tah, Khandak, sampai perang Nazil (eh emang ada perang Nazil di sirah nabawiyah? Oh tentu saja tidak ada...  Di komik kungfu boy itu mah, tapi dia juga hafal loh ceritanya 😆)

Iya, bacaannya sangat beragam jenis dan tema. Mulai dari ilmu agama, sejarah, sains sampai dongeng.  Mulai dari picture book,  komik, ensiklopedia, cerpen, majalah, sampai yang terakhir, novel. 
 
Beberapa waktu lalu, dia bisa menamatkan tiga novel karangan Tere Liye dalam waktu satu bulan saja.   

Mirip ibunya ...  dulu! 
Sebelum virus drakor menyerang 😂

Setelah membaca sesuatu yang menarik,  biasanya akan muncul banyak pertanyaan yang diajukan atau pernyataan yang dikeluarkan darinya. MasyaAlloh, ibunya seringkali dibuat kewalahan sekaligus takjub dengan banyak sekali yang terserap olehnya dari setiap lembaran yg dibaca. 

Alhamdulillah, kecintaannya pada buku dan ilmu pun membantunya meraih banyak prestasi, baik di sekolah maupun luar sekolah. 

Lain Anak, Lain Cerita

Berbeda dengan anak yang kedua, padahal treatment-nya serupa. Ketika memiliki waktu luang, membaca buku bukan pilihan utama yang akan dilakukannya. Meski tetap kalau datang buku baru atau diajak ke toko buku dan perpustakaan, dia menyambut gembira. Pun kalau saya sudah bersiap sedia mau membacakan buku untuknya, dia bersorak riang. Alhamdulillah, jadi yaa tetap berbuah hasil juga kan yang saya ikhtiarkan. She loves books, walau enggak love-love amat 😂

Hobinya seperti yang dia tulis di buku tematiknya ketika kelas satu SD : ngurus bayi. She loves children very much. Cita-citanya pun ingin menjadi seorang guru (yang insyaAllah hafidzah). MasyaAlloh.

Seringkali dia menggantikan posisi ibunya dalam memandikan dan menyuapi adiknya. Dia juga yang paling rajin mengajak bermain dan bisa diandalkan untuk bantu memakaikan baju adiknya. Asal bukan nyebokin aja, hihihi.

Enggak cuma adiknya, sepupu bahkan anak tetangga pun dekat padanya. Apet, kalo bahasa sundanya mah

Keibuan sekali memang Kaka ini, termasuk urusan dapur. Iya, hobi lainnya adalah nongkrong di dapur, memperhatikan yang memasak. Dia adalah asisten dapur saat di rumah kami ataupun di rumah neneknya. 

Sampai akhirnya life skillnya sangat terasah. Di usianya yang tujuh tahun, dia  sudah bisa masak telur dengan berbagai metode (orak arik, ceplok, atau dadar),  mengadoni donat, membuat spageti, mencuci ceker ayam, mencincang bawang sampai halus, meng-gosreng nasgor ala mang tek tek, bahkan mengupas pir dan apel.

Kini di usianya yang sembilan tahun, dia sudah bisa memasak sop sendiri untuk ibunya yang qodarulloh sempat harus isolasi mandiri sendirian di kamar. Opor pun sudah bisa dibuatnya, tapi pake bumbu instan, hahaha. 

Kalau mencuci piring pun, dia selalu tuntas sampai membersihkan sisa-sisa makanan di lubang airnya. (Nepi ka kinclong deui weh sink-nya). Sungguh buibu sekali, bukan? 

Alhamdulillah, hal-hal yang disukainya ini membuatnya banyak berinteraksi sosial yang pada akhirnya menumbuhkan rasa empati yang cukup tinggi dalam dirinya. 

So, Who is Better? 

Dari keduanya, adakah yang lebih baik? Ya baik dua duanya laaaaah! 

Alhamdulillah, keduanya saling mempengaruhi dengan kebaikannya masing-masing. 

Melihat adiknya, si anak pertama semangatnya menjadi terpacu supaya bisa ikut popolah di dapur. Meskipun masih berjengit kalau memasukkan sesuatu ke dalam minyak panas saat akan menggoreng, dia sudah mulai sering terjun ke dapur membantu ibu. Tak hanya itu, makin hari pun ia makin lembut pada anak kecil.

Si anak kedua juga sekarang mulai terlihat suka membaca sendiri bacaan panjang semacam cerpen atau novel di waktu luangnya. Tentu saja tak lepas dari pengaruh tetehnya yang selalu semangat bercerita isi dari buku-buku yang telah dibacanya.  Meski seringnya dia membaca loncat, hanya baca bab-bab yang kata tetehnya rame. 

It's Okay ... yang penting dia menikmati. 

Harapannya, cukup dia enggak malas membaca, terutama di masa depan ketika dunia makin penuh dengan hoax dan click bait yang memutar balik fakta.

Berbeda itu Karunia

Alloh itu memang Mahahebat, yaa.  Padahal dari rahim yang sama, karakter dan minatnya bisa sangat berbeda. 

Kalau kata Abi, alhamdulillah bagian dari rejeki. Mungkin nanti kalau cita-cita Abinya untuk membuat sekolah terwujud, Teteh bisa jadi bagian kurikulumnya karena kecintaannya akan ilmu dan wawasannya yang luas, sedangkan Kaka yang supel dan empatinya tinggi bisa menjadi bagian kesiswaannya. Peran yang sesuai dengan kabisa-nya masing masing...  hihihi, betul juga. Aamiin-kan donk, Pemirsa. 

Dan sesungguhnya jadi penasaran, kira-kira si anak ketiga nanti akan seperti apa ya? 

***

Tulisan ini disertakan dalam tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Juni 2022 tentang mamah dan parenting.

Semoga bermanfaat!


Komentar

  1. Kereeennn ... Duh itu meni tumpang kaki pewe pisan baca bukunya ha3 ... : koleksinya sama nih Teteh ada serial Anak Kuat Tere Liya dan serial Bumi. Iya ... ya ... setiap anak itu unik dan itu membuat rasa syukur kita bahwa Allah Mahakuasa dan pasti ada hikmahnya.

    salam semangat

    BalasHapus
  2. Wkwkwkwkwk ya ampuun ngakak membaca kecerdasan anak ke-2 Mamah Anggun 😅. Usia 9 tahun sudah bisa masakin ibundanya sop dan cuci piringnya pun sampai buersih sih ahahaha. Masya Allah.

    Life skill terasah sejak dini indeed.

    Masing-masingnya memiliki kelebihan dan potensi yang unik dan luar biasa. Alhamdulillah.

    BalasHapus
  3. Selamat! Anda sukses membuat judul yang clickbait! Hahahaha... 😂
    Masya Allah... Masing2 anak memang punya potensi masing2 ya... 🤗😘

    BalasHapus
  4. wow, aku pilih anak yang suka di dapur dong, eh tapi tentunya anak yang suka di dapur ini karena melihat ibunya juga suka di dapur. Sayangnya aku ga suka di dapur, makanya anak-anakku juga nggak ada yang suka di dapur hehehee.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia Dua Guru Bahasa

Makanan Favorit Sekitar Kampus Gajah

Ada di Setiap Hati yang Bersyukur #HappinessProject