Postingan

Ayat-Ayat Cinta-Nya

Satu malam di tahun 2004. Saya menutup halaman terakhir sebuah novel di tangan dengan helaan nafas panjang. Pipi rasanya masih basah. Air mata telah mengucur deras sebelumnya, tapi anehnya hati terasa hangat. Malam itu tak terlupa. Sebagai seorang pecinta novel, sayang sekali rasanya melewatkan satu bacaan yang sedang hits ini. Namun, saya tak menyangka ternyata efeknya begitu dramatis   pada diri.  Ada sesuatu yang akhirnya mengetuk hati. Novel apa sih ? Ya, sesuai judul tulisannya, Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Sepertinya hampir semua orang hafal ceritanya. Terlebih novel tersebut sudah diadaptasi ke dalam film bioskop. Bukan, saya menangis setelah membaca novelnya bukan karena Aisha yang harus merelakan berbagi suami dengan wanita lain. Pun bukan karena Maria yang pada akhirnya mencapai cintanya, tapi waktunya habis di dunia. Namun, satu hal yang membuat hati ini rasanya lebih tersentuh adalah keindahan islam yang banyak diangkat dalam novel ini. Saya jadi memaknai

Makanan Favorit Sekitar Kampus Gajah

Gambar
Memilih makanan terfavorit adalah salah satu kegalauan terbesar dalam hidup saya. Karena oh karena... buat saya, makanan itu hanya ada yang enak dan enak banget.  Itulah yang membuat saya bingung dalam menjawab tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini tentang makanan favorit. Mau nulis satu, ga tau yang mana. Mau nulis semua, kebanyakan. 😂 Akhirnya mengingat background sebagai mamah gajah,  saya pun memutuskan akan menuliskan tentang makanan favorit selama berkuliah di kampus gajah saja alias ITB (yang mana tetep banyak juga makanannya 😂).  Yuk ah,  kita nostalgia setetes! Sudah siap?  1. Mun Tahu Ayam - Asmad Seafood Gelap Nyawang Sebagai mahasiswi berjurusan LSS dan berunit Matematika,  saya lebih sering nongkrong di daerah depan kampus dibandingkan di gedung matematika yang terletak di belakang. Tentunya karena sekre LSS saat itu berada di aula timur. Jadilah pilihan makan siang saya malah lebih banyak di area depan.  Gelap Nyawang adalah satu kawasan kuliner

Kalau Bisa Mudah, Kenapa Harus yang Susah

Gambar
Awal Mulanya Saya suka memasak, meski enggak jago-jago amat. Sejauh bisa mengingat, pengalaman pertama saya dalam memasak adalah ketika memberi hadiah ulang tahun berupa bekal makan siang hasil masakan sendiri untuk seorang teman jaman kuliah tingkat dua dulu. Bekalnya berisi nasi, ayam goreng, dan sayur asem. Lengkap sekali,  bukan?  Padahal sejujurnya, memasak yang saya maksud kala itu adalah menggoreng ayam yang sebelumnya sudah  diungkep  oleh Mamah dan memasak sayur asem yang bumbunya pun sudah diulek oleh Mamah, hahaha. Meski saya sih tetap ngakunya masakan hasil sendiri, demi gengsi. Mamah saya jago memasak. Beliau adalah lulusan SKKA (SMK pada jamannya) jurusan tata boga. Sayangnya, anak-anaknya jarang diajak terlibat dalam kegiatan di dapur. Setelah memiliki anak, saya bisa paham sih alasannya. Keonaran yang dihasilkan memang cukup lumayan ketika mengajak anak ikut memasak.  Saya pun akhirnya baru benar-benar terjun ke dapur menjelang menikah. Alhamdulillah, teman yang dulu di

Novel Pertama

Gambar
Suatu malam di tahun 2004, saya menangis tersedu-sedu di pojokan kamar. Air mata mengucur deras, tapi hati rasanya hangat. Ketika itu saya terhanyut dalam kisah cinta Fahri dan Aisha pada novel Ayat-ayat Cinta yang ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy. Bukan, saya menangis bukan karena Aisha yang harus merelakan berbagi suaminya dengan wanita lain. Namun, satu hal yang membuat hati ini rasanya lebih tersentuh adalah keindahan islam yang banyak diangkat dalam novel ini. Ketangguhan muslim dalam menuntut ilmu, hidayah yang bisa tiba-tiba datang, istiqomah dalam ketaatan, aturan islam yang terlihat berat padahal sesungguhnya dibuat untuk memudahkan hidup manusia. Setelah malam itu, saya membulatkan tekad akan menunaikan kewajiban dari-Nya untuk para muslimah. "Besok mau pake kerudung!" kata saya dalam hati.  Masih ingat sekali kostum pertama yang dipakai adalah kerudung berwarna krem, kaos hitam lengan panjang dan rok berwarna senada kerudung. OOTD hasil mengobrak-abrik lemari

Surat Cinta Untukmu

Gambar
Pertama kali melihatmu, rasanya biasa saja.  Ada aneh campur ragu dengan melihat  segala keunikan yang kau punya. Sangsi pun hadir, meragukan rasa yang kau suguhkan.  Namun katanya, tak kenal maka tak sayang.  Semakin lama mengenalmu, tiba-tiba ada rasa yang tak biasa.  Semakin terbiasa dengan hadirmu, ada rindu yang tiba-tiba menyergap.  Ah, lalu aku bisa apa?  Apa ini yang namanya cinta ? Keunikanmu, Kehangatanmu, Beragam karaktermu, Mulai mewarnai hari-hariku. Saat sepi melanda, kau salah satu yang kuingat.  Saat galau menghampiri, maka ku ingin kau ada di sisi.  Saat bahagia datang, kamu pun ikut terbayang. Bahkan saat ku lapar, kau hadir di ingatan.   Apakah benar ini cinta ?  Karena terkadang, aku pun mulai merasa kehilangan.  Jika memang ini benar  cinta , sungguh ku akan mensyukuri keberadaannya.  Karena artinya, Tuhan masih ijinkanku untuk merasa.  Terima kasih untuk segala kehangatan yang kau hadirkan.  Terima kasih untuk keceriaan di tengah kebersamaan.  Terima kasih untuk h

Orang-orang Sederhana Berhati Kaya

Gambar
Saya mengenal Dedy Vanshopi dari postingan Instagram salah seorang teman. Ketika itu, saya memilih salah satu tulisan yang ada di akun Instagramnya sebagai bacaan sebelum tidur.  Namun ternyata, tulisannya mengandung bawang, Pemirsa! Alhasil malam itu, saya pun tidur sambil bercucuran air mata, tapi hati terasa hangat. Anehnya ga kapok, ada malam lainnya ketika dibuat mengharu biru kembali dengan tulisan-tulisan beliau. Dedy Vansophi atau lebih sering dipanggil Romo adalah seorang sutradara yang suka menulis. Biasanya, beliau menuliskan kisah dari kampung halamannya di feed  Instagramnya. Kisah tentang kehidupan keluarga serta orang-orang sekitarnya. Kisah-kisah yang sederhana tapi manis dan menyentuh hati.  Tulisan-tulisannya tersebut akhirnya dikumpulkan menjadi dua buah buku yang berjudul "Rumah Tepi Kali" dan "Orang-orang Tepi Kali". Tentu saja, sebagai penggemar tulisan Romo, buku-buku ini sekarang termasuk salah dua penghuni rak buku di rumah kami.  

Sidang Tahfidz (1)

Gambar
Tahfidz adalah salah satu program unggulan dari sekolah anak-anak. Seiring dengan itu, ada agenda sidang tahfidz untuk menguji kemampuan mereka. Dalam sidang ini, si anak akan melafalkan 1 juz hafalannya dalam sekali duduk di hadapan 2 guru penguji. Beberapa bulan lalu, Teteh menghadapi sidang ketiganya. Harusnya ga grogi lagi yaa, karena bukan yg perdana. Namun, nyatanya sepekan itu ia tak tenang. Padahal sudah murojaah juga didampingi ustadzahnya. Juz 28 ini memiliki tantangan tersendiri untuknya karena banyak yang mirip ayatnya. Qodarulloh, hari Sabtu itu Teteh mendapatkan jadwal jam 7 pagi. Selepas subuh, kami murojaah sebentar, lalu tak lama tangisnya pecah. "Aku masih banyak salahnya." Dia merasa belum siap.  Kami biarkan ia menangis, bahkan sampai saat mandi. Setelah tangisnya reda, saya duduk bersamanya, memeluknya, "Mau lanjut atau ngga?" Dia mengangguk. Padahal saya sudah siap untuk mengabari sekolah kalau misalnya dia enggan melanjutkan.  "Oke, kalau