Alun alun bandung dan wajah wajah bahagia

Kalau kata Pidi Baiq, Bandung itu bukan cuma masalah geografis, lebih dari itu melibatkan perasaan.

Leres pisan kang pidi. Kalau udah ngomongin Bandung emang bawaannya pake hati melulu.
Kotanya sendiri memang ngangenin. Mulai dari kulinernya, cuacanya, sampai suasananya. Dan karena saya pun tumbuh besar di kota ini, banyak sudutnya yang memberi kenangan tak terlupakan.

Salah satu tempat bersejarah buat saya adalah Alun Alun Bandung.

Saya cukup sering ke sana bahkan dari sebelum ia menjadi tempat kekinian seperti sekarang ini. Ketika belum berumput sintetis dan para pedagang kaki lima masih banyak berseliweran, mulai dari pedagang bros seribuan, mainan anak, es kelapa muda, sampai baju.. ada!

Zaman kecil dulu, Alun Alun Bandung jadi tempat istirahat ketika nemenin mamah belanja ke daerah dalem kaum sana.

Mesjid agung yang bersebelahan dengan alun alun jadi tempat meluruskan kaki setelah hampir setengah hari berkeliling-keliling. Beli kain di kings, cari sepatu ke istana sepatu, liat liat tas dan dvd di kota kembang, kemudian makan di rumah makan ampera belakang mesjid agung. Ah kenangan.

Dan kemudian ketika beranjak remaja dan mulai.. ehm.. pacaran. Si mantan pacar yang alhamdulillah sekarang sudah jadi suami pun sering ngajak janjian ketemuan di alun alun bandung. Untuk kemudian nonton di galaxynya kings karena tentu saja harga tiketnya lebih murah dibandingkan bioskop bioskop lain di pusat kota hahaha.. kocek mahasiswa :p

Halte alun alun Bandung juga jadi saksi bisu tempat kami duduk ngobrol lama sambil nunggu damri arah ciburuy lewat. Untuk kembali pulang.

Pas si doi udah punya motor bekjul merah warnanya, damri udah kami dadahin doank. Momotoran donk sekarang mah. Biasanya kami parkir di parkiran alun alun bawah yg mana pas tanjakan keluar eyke mesti turun dulu, karna teu kuat kakaaa.. bisi ngajongkeng hahahaha x)))

Alun alun Bandung dan sejuta kenangannya. Berkesan sekali untuk saya.

Maka dari itu ketika akhirnya Alun Alun Bandung direvitalisasi, tentu saja saya gembira mendengarnya. Ga sabar untuk ajak anak anak main ke sana.

Ketika itu kami masih tinggal di Surabaya. Pas ada kesempatan mudik, mencoba mampir ke sana. Ternyata belum launching hihihi. Tapi udah ada beberapa orang yang main di dalamnya. Karena mikirnya kapan lagi tea yaa, akhirnya ikut nyobain si rumput sintetis.

Waktu itu arena bermain belum selesai pembangunannya. Taman bunga pun belum rampung. Baru lapangan rumput yang sudah siap pakai. Akhirnya kami beli bola plastik dan lari larian di sana. Anak anak girang nian. Pun orang orang yang ada di sana. Wajah wajah bahagia bertebaran. Ruang terbuka publik memang dirindukan yaa.

Kunjungan kedua kami ke alun alun adalah bulan lalu, setelah akhirnya resmi jadi warga Bandung kembali. Awalnya mampir karena sudah masuk waktu dzuhur. Kami parkir di lapangan belakang palaguna, jalan asia afrika. Langsung disambut tukang jualan tongsis dengan taglinenya "cekrek.. upload. Cekrek.. upload. Cekrek.. uplooad" hahahaha. Kreatif yaa? Emang alun alun ini instagramable sih. Cocok pisan buat selfie dan mejeng di media sosial. :D

Abi sholat, saya yang sedang libur sholat bermain bersama anak anak di arena permainan. Kali ini taman bunga sudah tertata rapih. Ada gedung juga yang katanya adalah perpustakaan. Entah sudah dibuka atau belum. 

Karena hari sudah siang, panasnya cukup menyengat, kami bermain tidak lama. Akhirnya berteduh di selasar masjid. Di sana saya disuguhkan pemandangan yang menghangatkan hati.

Ada seorang bapak dengan tiga orang anak laki lakinya sedang duduk berkumpul. Makan nasi dari satu wadah plastik beramai ramai. Bekel dari rumah tampaknya. Terdengar bocah yang paling besar berkata dengan antusias, "nanti cuci tangan sekalian wudhu yaa. Baru main" 

Yang paling kecil menatap penuh harap pada tukang jualan bola plastik. Bapaknya pun bilang, "nanti habis makan yaa". Dan dia pun semangat makan kembali. Piknik.. iya mereka piknik. 

Langsung merasa terharu sendiri, betapa Pak Ridwan Kamil memudahkan kalangan ekonomi bawah untuk tetap berekreasi tanpa mengeluarkan banyak uang ya. Karena bagi mereka jangankan piknik, uang untuk makan saja mungkin pas pasan.

Dengan adanya ruang terbuka publik yang gratis seperti ini, mereka pun akhirnya tetap bisa berekreasi. Menyegarkan pikiran. Bermain. Berbahagia.

Hatur nuhun kang emil. Semoga jadi amal jariyah. Dan semoga cita citanya bisa terwujud menjadikan Bandung, kota yang bahagia :)



Komentar

  1. alun2 kota bandung dari dulu memang jadi tempat berkunjung yang menyenangkan ya.. apalagi disitu banyak makanan, bisa sekalian kulineran hehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia Dua Guru Bahasa

Makanan Favorit Sekitar Kampus Gajah

Ada di Setiap Hati yang Bersyukur #HappinessProject