Nasi tim ayam jamur

Mumpung awal tahun dan semangat masih membara, jadi lah saya papasakan *har teu nyambung xp. Yah, jadi 1 januari 2012 kemaren, karena kebetulan oos united sedang kumplit plit di cimahi semua, saya pun ateul ingin berkreasi di dapur untuk nyuguhan para sanak saudara inih.

Dulu pas awal2 nikah, saya sempet bikin sekali, dengan menyontek resep pada album foto "ibu rumah tangga dadakan"nya neneng intan =D Karena masakan yg satu ini termasuk andalan saya, secara gampang buatnya, dan cocok banget buat dipake sarapan basamo, ahirnya dibuatlah nasi tim ayam jamur =D

dan inilah resepnya kengkawan

( Oh iya karena si sayah mah suka bingung kalo ditanya takaran takaran, sangat mengandalkan feeling 'secukupnya', jadi mangga dikira2 weh nya hehehe)

Bahan :
  1. Ayam, rebus, sisihkan kaldunya untuk masak nasi + kuah tim
  2. Beras
  3. Jamur kancing (bisa jamur apa aja sebenernya, sesuai selera)
  4. Telur puyuh
  5. Bawang bombay
  6. Bawang putih
  7. Minyak goreng
  8. Minyak wijen
  9. Garam, gula, merica
  10. Sawi
  11. Bawang daun + seledri
  12. Kecap manis 
Cara pembuatan :
  1. Masak beras dengan menggunakan air kaldu ayam, tambahkan bawang putih geprek, sedikit minyak goreng, minyak wijen, dan garam secukupnya. Oh iya, airnya dilebihkan daripada masak nasi biasa yaa, biar aga lembek gituh.
  2. Potong ayam + jamur
  3. Tumis bawang bombay + bawang putih yang sudah dicincang
  4. Tambahkan kecap
  5. Masukkan ayam + jamur + telor puyuh, tambahkan sedikit air biar bumbu lebih meresap
  6. Beri garam dan merica secukupnya
  7. Aduk rata dan pastikan sudah tidak ada air lagi sebelum mematikan api
  8. Untuk kuahnya, tinggal tambahkan garam dan merica pada air kaldu ayam
Cara penyajian :

Sediakan mangkok kecil bulat, masukan tumisan ayam, taro sang telor puyuh di tengah2 dasar mangkok (biar indah xp). Masukkan nasi, padatkan, taro dipiring =)

Untuk kuahnya, masukkan sawi ke dalam kuah yg mendidih, sajikan kuah bersawi, purulukin seledri bawang daun =) tambah bawang goreng juga enak kayanya

Taraaaa, selesaiiiii :)

Alhamdulillah kemaren habis dalam sekejap, laris manis tanjung kimpul =D

Komentar

  1. Intan Nashrrullah10 Januari 2012 pukul 02.10

    huwaaa terima kasih ibu-nya Neng geulis Thifa dah bikin aku tenar^^

    Mau dooong!! secara gw dah pindah di Bkk ini kerjaannya cm ngedadar telor doang, males bgt masak (kan pengungsi darurat jd pgnnya mah dimsakin, tp sm sapa?? hahaha)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Delisha Almahira

Gambar
Ga mau kalah ama kate middleton, masang foto abis lahiran. Meski yg di sana mah edisi 7 jam abis lahiran udah kece seperti biasanya, yg ini mah edisi 7 hari abis lahiran, dan .. yaaa gitu deh x) hahaha .. muka masi barengkak, gelambir perut hamdallah ketutup baju warna gelap, dan pake bergo andalanku biar tinggal slup aja karena sungguh nyiapin 3 bocah buat pergi (padahal ke rs doank itu) rem to the pong yaa pemirsa. Tapi ga papa, bahagianya mah insyaalloh sama ama sang princess yg nggendong buah hati ke-3. Cantiknya terpancar dari hati kan? Hahahaha #wae Tapi lagi ya meski penampilan ga paripurna, ku keukeuh waktu itu mau foto bersama bu dokter kesayangan buat kenang2an, dr. Leri Septiani, SpOG, Phd. namanya. Dari pas awal hamil, udah banyak dapet rekomendasi tentang beliau. Tapi jam prakteknya yang di hari kerja dan siang hari bikin ragu buat jadi pasiennya karena ntar suami ga bisa ikutan kontrol donk.  Sampai akhirnya seorang teman kasi ide, " yah kang herinya
Baca selengkapnya

Ayat-Ayat Cinta-Nya

Satu malam di tahun 2004. Saya menutup halaman terakhir sebuah novel di tangan dengan helaan nafas panjang. Pipi rasanya masih basah. Air mata telah mengucur deras sebelumnya, tapi anehnya hati terasa hangat. Malam itu tak terlupa. Sebagai seorang pecinta novel, sayang sekali rasanya melewatkan satu bacaan yang sedang hits ini. Namun, saya tak menyangka ternyata efeknya begitu dramatis   pada diri.  Ada sesuatu yang akhirnya mengetuk hati. Novel apa sih ? Ya, sesuai judul tulisannya, Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Sepertinya hampir semua orang hafal ceritanya. Terlebih novel tersebut sudah diadaptasi ke dalam film bioskop. Bukan, saya menangis setelah membaca novelnya bukan karena Aisha yang harus merelakan berbagi suami dengan wanita lain. Pun bukan karena Maria yang pada akhirnya mencapai cintanya, tapi waktunya habis di dunia. Namun, satu hal yang membuat hati ini rasanya lebih tersentuh adalah keindahan islam yang banyak diangkat dalam novel ini. Saya jadi memaknai
Baca selengkapnya