Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

Makanan Favorit Sekitar Kampus Gajah

Gambar
Memilih makanan terfavorit adalah salah satu kegalauan terbesar dalam hidup saya. Karena oh karena... buat saya, makanan itu hanya ada yang enak dan enak banget.  Itulah yang membuat saya bingung dalam menjawab tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini tentang makanan favorit. Mau nulis satu, ga tau yang mana. Mau nulis semua, kebanyakan. 😂 Akhirnya mengingat background sebagai mamah gajah,  saya pun memutuskan akan menuliskan tentang makanan favorit selama berkuliah di kampus gajah saja alias ITB (yang mana tetep banyak juga makanannya 😂).  Yuk ah,  kita nostalgia setetes! Sudah siap?  1. Mun Tahu Ayam - Asmad Seafood Gelap Nyawang Sebagai mahasiswi berjurusan LSS dan berunit Matematika,  saya lebih sering nongkrong di daerah depan kampus dibandingkan di gedung matematika yang terletak di belakang. Tentunya karena sekre LSS saat itu berada di aula timur. Jadilah pilihan makan siang saya malah lebih banyak di area depan.  Gelap Nyawang adalah satu kawasan kuliner

Kalau Bisa Mudah, Kenapa Harus yang Susah

Gambar
Awal Mulanya Saya suka memasak, meski enggak jago-jago amat. Sejauh bisa mengingat, pengalaman pertama saya dalam memasak adalah ketika memberi hadiah ulang tahun berupa bekal makan siang hasil masakan sendiri untuk seorang teman jaman kuliah tingkat dua dulu. Bekalnya berisi nasi, ayam goreng, dan sayur asem. Lengkap sekali,  bukan?  Padahal sejujurnya, memasak yang saya maksud kala itu adalah menggoreng ayam yang sebelumnya sudah  diungkep  oleh Mamah dan memasak sayur asem yang bumbunya pun sudah diulek oleh Mamah, hahaha. Meski saya sih tetap ngakunya masakan hasil sendiri, demi gengsi. Mamah saya jago memasak. Beliau adalah lulusan SKKA (SMK pada jamannya) jurusan tata boga. Sayangnya, anak-anaknya jarang diajak terlibat dalam kegiatan di dapur. Setelah memiliki anak, saya bisa paham sih alasannya. Keonaran yang dihasilkan memang cukup lumayan ketika mengajak anak ikut memasak.  Saya pun akhirnya baru benar-benar terjun ke dapur menjelang menikah. Alhamdulillah, teman yang dulu di

Novel Pertama

Gambar
Suatu malam di tahun 2004, saya menangis tersedu-sedu di pojokan kamar. Air mata mengucur deras, tapi hati rasanya hangat. Ketika itu saya terhanyut dalam kisah cinta Fahri dan Aisha pada novel Ayat-ayat Cinta yang ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy. Bukan, saya menangis bukan karena Aisha yang harus merelakan berbagi suaminya dengan wanita lain. Namun, satu hal yang membuat hati ini rasanya lebih tersentuh adalah keindahan islam yang banyak diangkat dalam novel ini. Ketangguhan muslim dalam menuntut ilmu, hidayah yang bisa tiba-tiba datang, istiqomah dalam ketaatan, aturan islam yang terlihat berat padahal sesungguhnya dibuat untuk memudahkan hidup manusia. Setelah malam itu, saya membulatkan tekad akan menunaikan kewajiban dari-Nya untuk para muslimah. "Besok mau pake kerudung!" kata saya dalam hati.  Masih ingat sekali kostum pertama yang dipakai adalah kerudung berwarna krem, kaos hitam lengan panjang dan rok berwarna senada kerudung. OOTD hasil mengobrak-abrik lemari