Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Mereview Film Dilan 1990 itu Berat, Biar Aku Saja

Gambar
Tahun 2008, saya pertama kali mengenal Pidi Baiq lewat bukunya yang berjudul Drunken Monster. Waktu itu seorang teman yang merekomendasikannya. Konon katanya bukunya sangat menghibur.  Tulisan Pidi baiq itu terkenal tak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi justru itu yang menjadikannya unik. Belum lagi ide-ide ceritanya yang selalu out of the box.  Tak butuh waktu lama untuk saya jatuh suka dengan buku-buku karya beliau, sampai akhirnya mengoleksi keempat buku seri drunkennya. Namun, setelah itu saya absen cukup lama membaca buku-buku karyanya. Sampai suatu hari di tahun 2013, si teman tadi yang akhirnya sudah menjadi suami mengirim sebuah link dari blog Pidi Baiq. Tulisan di blog itu rupanya adalah sebuah cerita percintaan muda mudi tahun 1990an yang katanya akan dibukukan. Katanya lagi, cerita tersebut diambil dari kisah nyata. Saya pun terhanyut dalam kisah Dilan dan Milea, tak kuasa menahan diri untuk baca seharian. Alhamdulillah, enggak sampai kelupaan n

Agustusan Yang Berbeda

Gambar
Di negara kita, perayaan kemerdekaan biasanya diisi dengan berbagai macam perlombaan. Kadang saya bertanya-tanya, ini dimulai sejak kapan, ya ... sampai akhirnya bisa membudaya hingga sekarang.  Sejak kecil, saya termasuk penikmatnya. Lomba makan kerupuk, balap kelereng, memasukkan pensil ke dalam botol, sampai lomba peragaan busana muslim dalam rangka hari kemerdekaan pernah saya juarai. Beranjak remaja, mulai berperan menjadi panitia acaranya. Sekarang, cukup jadi supporter -nya anak-anak yang selalu happy menyambut 17-an. Bahkan di masa pandemi ini, meski tak ada acara di sekitar lingkungan rumah, kami biasa mengadakan berbagai perlombaan di rumah sendiri.  Namun, pernah satu kali kami mengalami perayaan Agustusan yang sedikit berbeda. Perayaan di sekolah anak-anak ketika mereka masih duduk di bangku TK, sekitar 4 tahun yang lalu. Waktu itu Teteh masih jadi murid TK B dan Kakak TK A. Balada punya anak umurnya deketan , TKnya pun barengan . Perayaan Agustusan yang Unik Ketika itu,

Aplikasi Dagangan : Salah Satu Kemudahan Berbelanja Kebutuhan Harian Saat Pandemi

Gambar
Dulu, salah satu me time  saya adalah belanja sembako dan kebutuhan harian di supermarket. Tentunya tanpa diiringi bocah-bocah, ya. Kalau sama mereka, namanya jadi ngasuh time, karena tetap harus mengawasi yang hilir mudik ke sana ke mari, tak lupa memantau jajanan apa saja yang sudah masuk trolley,  hahaha mamak's life.  Oleh karena itu, saya selalu mengambil sesi belanja saat mereka sekolah. Menikmati berjalan di setiap koridor barang dengan santai. Meneliti setiap merek dan harganya, lalu mengambil yang paling oke secara kualitas dan harga. Rasanya menjadi sebuah prestasi, ketika mendapat promo banyak sekali, hahaha .  Tapi itu dulu ...  Pandemi Mengubah Segalanya Belanja di supermarket jadi tak nyaman lagi. Beberapa kali di masa pandemi ini saya sempat ke supermarket untuk membeli kebutuhan, tentunya berbekal masker double , hand sanitizer , dan list  belanjaan supaya belanja enggak pakai lama.  Begitu sampai di sana, bertemu dengan yang tak bermasker rasanya ingin menghilang.

ITB Motherhood

Gambar
Grup ITB Motherhood terbentuk di facebook pada tahun 2010. Seorang teman yang membuatnya, dilatarbelakangi kondisinya sebagai ibu baru yang sering kali butuh teman diskusi dalam membersamai anaknya. Saya menjadi anggota di tahun awal terbentuknya. Selain karena tahu dari teman tersebut, di tahun 2011 alhamdulillah saya pun diamanahi janin di perut ini. Saya merasa perlu belajar karena tentunya ini dunia baru donk buat saya.   Rasanya seru deh setiap membuka grup. Saya bisa membaca pengalaman orang lain ketika hamil dan melahirkan, mengikuti diskusi hangat seputar dunia parenting, mengetahui tips seputar menyusui, atau melihat bahasan tentang mpasi. Saat itu saya masih menjadi silent reader. Barulah menjelang melahirkan di bulan Oktober 2011, saya memberanikan diri membuat satu postingan di grupnya. Ketika itu saya sedang sedikit galau,  pasalnya baru saja divonis terkena pre-eklampsia di minggu ke-37 kehamilan. Ada pula kemungkinan harus dioperasi sesar jika minggu depa

Perantau Nusantara

Sejak kecil, Mamah saya tinggal di Garut.  Kota di Jawa Barat yang terkenal dengan dodol dan udaranya yang sejuk. Kali pertamanya tinggal di luar Garut adalah setelah menikah dengan Papah. Papah adalah pegawai di salah satu BUMN yang wajib bersedia ditempatkan bertugas di seluruh Indonesia. Enggak tanggung-tanggung, penempatan perdananya adalah hampir di ujung timur nusantara. Sebagai istri yang berbakti, Mamah mengikuti kemana suaminya merantau. Waingapu, pulau kecil di Nusa Tenggara Timur jadi rumah pertama mereka. Di pulau ini pula, lahir kakak saya, si anak pertama.  Satu cerita dari mereka yang selalu saya ingat tentang perantauan perdananya adalah perjuangan dalam memasak ayam di sana. Ternyata di Waingapu, ayam itu dijual dalam kondisi hidup. Jadi, jika ingin tersaji menu ayam di meja makan, kudu merelakan waktu menyembelih, bahkan mencabuti bulunya sendiri. Satu hari, saking rindunya, mereka berdua berniat bekerjasama mengolah ayam. Papah mengambil peran menyembelih. Proses me