Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Kilas Balik 2021

Gambar
Beberapa tahun ke belakang, setiap akhir tahun di instagram ada satu tagar yang selalu hits , yaitu #bestnine,  sembilan foto kita yang katanya terbaik di tahun itu.  Untuk mendapatkannya, cukup memasukkan nama akun instagram ke satu web yang nantinya akan mengumpulkan sembilan foto dengan jumlah like terbanyak di akun tersebut.  Mungkin bisa dibilang best nine  karena dinilai berhasil dalam dunia media sosial ya, kan banyak yang nge - like 😝 .  Namun, kalo secara best moment menurut saya sih kadang tidak pas juga hasil pilihan web tersebut, maka dari itu saya lebih sering bikin # bestnine versi sendiri.  (Brb buka aplikasi Photogrid...   hahaha) Sebagai yang cukup aktif memposting foto di instagram, terutama momen-momen spesial, tiap akhir tahun saya jadi bersyukur karena bisa sedikit kilas balik di tahun itu sudah ngapain aja . Well , tahun ini saya belum tahu akan bikin # bestnine di instagram atau tidak. Namun, saya akan menuliskan sedikit kilas balik 2021 di blog ini. Kenap

titik balik

Pernah ada hari-hari di tahun 2015, ketika saya banyak melamun, sering over thinking , sangat sensitif, tak jarang tiba-tiba meneteskan air mata tanpa alasan. Kalau dipikirkan sekarang, tampaknya kelelahan mempunyai dua batita dan tinggal di rantau menjadi salah dua pemicunya. Ditambah ketika itu, saya pun sedang sakit yang memerlukan pengobatan yang cukup panjang. Kemudian ada satu ujian hidup lainnya yang menghampiri juga dengan tiba-tiba. Salah satu tahun terberat dalam hidup. Sampai akhirnya di satu akhir pekan, saya bersama suami dan anak-anak akan pergi ke suatu tempat untuk menjalankan agenda rutin setiap weekend tiba. Perjalanannya cukup jauh. Selama perjalanan, saya banyak diam, membiarkan anak-anak bermain berdua. Saat mulai melamun sambil menatap jendela itu lah, tiba-tiba rasanya mata basah. Terlalu banyak yang dipikirkan, terlalu banyak yang dirasakan.  Tanpa saya sadari, ternyata ada yang memperhatikan. Tiba-tiba arah mobil pun berubah, putar haluan, bukan ke tempat yang

Si Pecinta Olahraga

Gambar
Sore itu di satu akhir pekan, beliau mengeluhkan badannya yang lelah karena baru saja melakukan perjalanan luar kota. Belum lagi, minggu itu pekerjaannya memang sedang benar-benar padat, baik di balik meja maupun di lapangan. Waktu dan tenaganya terkuras habis.  Tak lama, setelah menatap layar handphone- nya, beliau yang tadinya lemas tiba-tiba bersemangat, kemudian menghampiri saya sambil berkata riang, "Bu, Abi main bola yaa ama temen-temen tar sore. Deket rumah ko lapangnya." "Loh, bukannya cape,  ga enak badan?" sindir saya.  "Hehehe.. Makanya harus diolahragain, biar seger," ujarnya beralasan. Yah, begitulah beliau. Olahraga adalah hobinya. Mau secape apapun, diajak olahraga pasti hayu.  Olahraga apa?  Banyaaaak! Sepak bola adalah kesukaannya sejak kecil. Sebelum pandemi, hampir setiap pekan ada agenda bermain futsal, biasanya malam selepas bekerja. Saya sih ikut senang karena sepulang futsal biasanya beliau akan membawa oleh-oleh makanan sebagai sogo

Playdate (di) Bantim

Gambar
Katanya, bergabung dengan komunitas adalah salah satu hal yang bisa mengurangi tingkat ke- stress -an seorang ibu dengan segala amanahnya. Selain untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi, komunitas pun bisa menjadi ajang aktualisasi diri dan mendapatkan support system.  Komunitas ini bisa bermacam-macam. Ada komunitas hobi, komunitas almamater, komunitas profesi, komunitas ibu-anak, dsb. Salah satu komunitas yang saya ikuti adalah ITB Motherhood. Saya pernah sedikit bercerita tentangnya di sini . Komunitas yang satu ini dibentuk oleh para mamah alumni kampus gajah alias Institut Teknologi Bandung. Di sini, kami saling support, khususnya dalam hal dunia parenting.  Homebase komunitasnya ada di grup facebook. Anggotanya tersebar di banyak kota, bahkan negara. Pada akhirnya bermunculan lah banyak sub-grup ITB Motherhood per regional di grup whatsapp .  ITB Motherhood Cabang Bandung Timur Sekitar tahun 2016, saya kembali ke Bandung setelah merantau ke beberapa kota sejak menikah di tahun 201

roasted chicken tanpa oven

Gambar
Oven adalah salah satu alat rumah tangga yang sampai saat ini belum kami miliki. Salah satu alasannya karena masih nomaden dari satu kota ke kota lain mengikuti penugasan suami. Jadi, kami cukup selektif dalam membeli barang.  Sebagai yang memiliki hobi menonton video resep masakan dan mempraktikkannya, tentu saja oven ini masuk wishlist barang idaman. Ada beberapa resep yang pada akhirnya jadi tidak bisa saya eksekusi. (Alasan, padahal sebenarnya malas, hahaha )  Salah satu resep yang selalu membuat saya kabita adalah roasted chicken. Banyak yang bilang makanan yang satu ini mudah membuatnya, tapi rasanya mewah. Akan tetapi, tak ada oven, ya gimana mau bikin kan?  Sampai suatu hari, seorang teman di sebuah grup WA komunitas memasak berkata, "Bisa kok bikin roasted chicken tanpa oven, pake double pan aja." Wah, saya langsung tertarik untuk mengeksekusi. Salah satu merek yang terkenal untuk alat masak yang satu ini adalah happy call .  Jeng Hepi ini memang salah satu andala

Gorengan Favorit

Gambar
Saya termasuk pecinta gorengan. Meski sudah tahu bahwa jenis makanan ini sebetulnya kurang sehat, masih sulit rasanya untuk menghindarinya.  Hampir semua gorengan saya suka, mulai dari bala-bala , gehu, mendoan, cireng sampai ulen . Namun, ada satu yang paling jadi favorit. Dia adalah comro. Comro ini adalah akronim bahasa sunda dari oncom di jero .  Kalau menurut KBBI, comro adalah penganan dari singkong yang diparut, dibentuk bulat panjang, di dalamnya diisi oncom yang dibumbui, kemudian digoreng.  Jajanan Kesukaan Dulu saat pulang kuliah, saya harus melalui perjalanan empat kali naik angkot menuju rumah. Di tempat turun angkot yang ketiga, yaitu perempatan jalan Baros, ada satu tukang gorengan yang selalu mangkal . Comronya jadi favorit saya. Rasanya, saya hampir selalu menyempatkan beli setiap kali lewat. Comronya dimakan di angkot terakhir, lumayan jadi pengganjal perut lapar setelah perjalanan panjang. Mungkin inilah cikal bakal kesukaan saya pada gorengan yang satu ini. Comronya

Nostalgia Dua Guru Bahasa

Gambar
Meski akhirnya kuliah di jurusan matematika, saya termasuk yang suka sekali dengan pelajaran bahasa, baik itu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, ataupun bahasa daerah. Nilai rapot saya cukup baik di pelajaran-pelajaran tersebut, bersaing dengan nilai matematika. Kalau dipikir-pikir, sepertinya berbahasa (terutama menulis) memang salah satu passion  saya deh . Itu juga yang akhirnya mendorong diri untuk ngeblog, kemudian nyemplung di komunitas Mamah Gajah Ngeblog . Nah, di bulan September ini, tema tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog adalah tentang pengalaman berbahasa. Buat saya sendiri, tema kali ini jadinya malah mengingatkan kepada guru-guru bahasa ketika duduk di bangku sekolah dulu, terutama ketika masih berseragam putih biru. Jadi, saya pun memutuskan akan bercerita tentang salah dua diantaranya.  Ada yang satu almamater dengan saya? (sumber : IG @smpn1cimahi) Warga Greeone  mana suaranya? Bu Wulan pasti hafal nih dua guru yang akan saya ceritakan di bawah ini. Dua guru yang

Mereview Film Dilan 1990 itu Berat, Biar Aku Saja

Gambar
Tahun 2008, saya pertama kali mengenal Pidi Baiq lewat bukunya yang berjudul Drunken Monster. Waktu itu seorang teman yang merekomendasikannya. Konon katanya bukunya sangat menghibur.  Tulisan Pidi baiq itu terkenal tak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi justru itu yang menjadikannya unik. Belum lagi ide-ide ceritanya yang selalu out of the box.  Tak butuh waktu lama untuk saya jatuh suka dengan buku-buku karya beliau, sampai akhirnya mengoleksi keempat buku seri drunkennya. Namun, setelah itu saya absen cukup lama membaca buku-buku karyanya. Sampai suatu hari di tahun 2013, si teman tadi yang akhirnya sudah menjadi suami mengirim sebuah link dari blog Pidi Baiq. Tulisan di blog itu rupanya adalah sebuah cerita percintaan muda mudi tahun 1990an yang katanya akan dibukukan. Katanya lagi, cerita tersebut diambil dari kisah nyata. Saya pun terhanyut dalam kisah Dilan dan Milea, tak kuasa menahan diri untuk baca seharian. Alhamdulillah, enggak sampai kelupaan n

Agustusan Yang Berbeda

Gambar
Di negara kita, perayaan kemerdekaan biasanya diisi dengan berbagai macam perlombaan. Kadang saya bertanya-tanya, ini dimulai sejak kapan, ya ... sampai akhirnya bisa membudaya hingga sekarang.  Sejak kecil, saya termasuk penikmatnya. Lomba makan kerupuk, balap kelereng, memasukkan pensil ke dalam botol, sampai lomba peragaan busana muslim dalam rangka hari kemerdekaan pernah saya juarai. Beranjak remaja, mulai berperan menjadi panitia acaranya. Sekarang, cukup jadi supporter -nya anak-anak yang selalu happy menyambut 17-an. Bahkan di masa pandemi ini, meski tak ada acara di sekitar lingkungan rumah, kami biasa mengadakan berbagai perlombaan di rumah sendiri.  Namun, pernah satu kali kami mengalami perayaan Agustusan yang sedikit berbeda. Perayaan di sekolah anak-anak ketika mereka masih duduk di bangku TK, sekitar 4 tahun yang lalu. Waktu itu Teteh masih jadi murid TK B dan Kakak TK A. Balada punya anak umurnya deketan , TKnya pun barengan . Perayaan Agustusan yang Unik Ketika itu,

Aplikasi Dagangan : Salah Satu Kemudahan Berbelanja Kebutuhan Harian Saat Pandemi

Gambar
Dulu, salah satu me time  saya adalah belanja sembako dan kebutuhan harian di supermarket. Tentunya tanpa diiringi bocah-bocah, ya. Kalau sama mereka, namanya jadi ngasuh time, karena tetap harus mengawasi yang hilir mudik ke sana ke mari, tak lupa memantau jajanan apa saja yang sudah masuk trolley,  hahaha mamak's life.  Oleh karena itu, saya selalu mengambil sesi belanja saat mereka sekolah. Menikmati berjalan di setiap koridor barang dengan santai. Meneliti setiap merek dan harganya, lalu mengambil yang paling oke secara kualitas dan harga. Rasanya menjadi sebuah prestasi, ketika mendapat promo banyak sekali, hahaha .  Tapi itu dulu ...  Pandemi Mengubah Segalanya Belanja di supermarket jadi tak nyaman lagi. Beberapa kali di masa pandemi ini saya sempat ke supermarket untuk membeli kebutuhan, tentunya berbekal masker double , hand sanitizer , dan list  belanjaan supaya belanja enggak pakai lama.  Begitu sampai di sana, bertemu dengan yang tak bermasker rasanya ingin menghilang.