Kilas Balik 2021

Beberapa tahun ke belakang, setiap akhir tahun di instagram ada satu tagar yang selalu hits, yaitu #bestnine, sembilan foto kita yang katanya terbaik di tahun itu.  Untuk mendapatkannya, cukup memasukkan nama akun instagram ke satu web yang nantinya akan mengumpulkan sembilan foto dengan jumlah like terbanyak di akun tersebut. 

Mungkin bisa dibilang best nine karena dinilai berhasil dalam dunia media sosial ya, kan banyak yang nge-like 😝.  Namun, kalo secara best moment menurut saya sih kadang tidak pas juga hasil pilihan web tersebut, maka dari itu saya lebih sering bikin #bestnine versi sendiri. (Brb buka aplikasi Photogrid...  hahaha)

Sebagai yang cukup aktif memposting foto di instagram, terutama momen-momen spesial, tiap akhir tahun saya jadi bersyukur karena bisa sedikit kilas balik di tahun itu sudah ngapain aja.

Well, tahun ini saya belum tahu akan bikin #bestnine di instagram atau tidak. Namun, saya akan menuliskan sedikit kilas balik 2021 di blog ini. Kenapa?  Sekalian nyetor buat Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog, Kak!

Empat Antologi dalam Satu Tahun

Tahun 2021 diawali dengan menghasilkan karya bersama teman-teman dari Mamah Gajah Bercerita, sebuah buku kumpulan kisah nostalgia tentang kampus ITB tercinta. Judul bukunya adalah "Jejak Kenangan".

Kebetulan, saya menjadi koordinator proyek buku ini. Jadi, pas bukunya beneran lahir, rasanya seperti bucat bisul kalau kata orang sunda, legaaaa. Tentu saja bangga juga. Alhamdulillah, bukunya pun mendapat sambutan yang sangat baik. 

covernya manis kan?

Kami mendapatkan royalti yang lumayan besar. Royalti tersebut kemudian sebagian besar disalurkan kepada tim beasiswa Mamah Gajah untuk membantu mahasiswi-mahasiswi (calon mamah gajah juga) binaan mereka.

Selain Jejak Kenangan, alhamdulillah ternyata saya berkesempatan ikut proyek antologi lainnya. Ada dua buku antologi yang sudah terbit juga di tahun ini dan satu buku antologi lain yang masih dalam proses cetak. Sepertinya pandemi ini membuat orang-orang mencari kegiatan yang bisa dikerjakan online, akhirnya banyak hadir proyek menulis buku antologi. Alhamdulillah, saya jadi terpacu untuk semakin rajin menulis.

Ditambah dengan hadirnya dua sub-grup ITBmotherhood yang bikin hidup saya lebih hidup, Mamah Gajah Bercerita dan Mamah Gajah Ngeblog. Kedua grup ini menghadirkan tantangan-tantangan menulis dan berhasil membersihkan blog ini dari debu-debu karena ditinggalkan lama oleh pemiliknya... hahaha. Terima kasih loh, MaGaTa dan MGN.

Harapannya, tahun depan semoga hasil tulisannya sudah bisa dijadikan buku solo. Aamiin!

Kembali Merantau

Akhir tahun 2019, kami memutuskan untuk kembali tinggal di Bandung (eh tepatnya saya dan anak-anak karena suami masih bertugas di Indramayu). Keputusan ini kami ambil dengan terpaksa karena sesungguhnya dalam hati, kami keberatan dengan konsep LDM. Salah satu hal yang menjadi pertimbangan adalah sekolah anak-anak.

Qodarulloh, pandemi hadir. Setelah hampir setahun, kami ber-LDM ria dengan Abi di kondisi pandemi, akhirnya kami memutuskan untuk menemaninya kembali di rantau. 

Salah satu hikmah pandemi bagi kami adalah hadirnya sekolah online. Iya, bisa dari mana saja sekolahnya. Akhirnya, kami kembali ke Indramayu untuk sementara, tapi tetap sekolahnya sekolahan Bandung.

Tinggal di rantau, sebetulnya ujian tersendiri di tahun ini. Apalagi dengan kondisi pandemi. Berlebaran jadi berjauhan dengan keluarga besar. Untuk mudik pun cukup sulit karena banyak pertimbangan dan aturan dari perusahaan pun pemerintah.

Ditambah karena pindahannya untuk sementara saja, alat-alat rumah tangga pun seadanya. Tak ada mesin cuci, kompor pun cuma satu tungku, hahaha. Lumayan loh ngegosok baju tiap hari secara manual, iyes pakai tangan dan umatnya ada lima di rumah. Mau masukin laundry, masih agak horor karena pandemi. Lumayan lah, olahraga tangan ya. 

Hikmahnya, ketika akhirnya sekarang sudah kembali ke Bandung dan menemukan mesin cuci dan kompor dua tungku kembali sehingga masak bisa lebih cepat, duh rasanya bahagia sekaliiii. Ya kan, kadang-kadang hal-hal yang terlihat sebagai sesuatu yang biasa saja bisa sangat berarti ketika kita kehilangannya.

Namun, tinggal di rantau kali ini juga sangat kami nikmati. Karena sempat LDM-an, bisa berkumpul kembali setiap hari menjadi sesuatu yang mewah.

Selain itu, lokasi rumah kontrakan yang baru cukup dekat dari pantai. Hampir setiap akhir pekan kami bersepeda dengan destinasi pantai. Anak-anak super happy, bisa nemu pantai lagi. Ibunya juga happy,  kecuali bagian nyuci baju para bocah yang habis main air dan pasir,  hahaha. Ujung-ujungnya bahas cucian lagi.

Bersepeda ke pantai karena jaraknya 4km saja dari rumah


Anak-anak happy bisa main air dan pasir


Ibunya juga happy karena bisa bikin foto ala Hometown Cha Cha Cha, hahaha


Baru sebulan ini, kami memutuskan kembali lagi ke Bandung karena anak-anak sudah mulai bersekolah tatap muka kembali, meski baru seminggu satu kali. Hari-hari ber-LDM  kembali dimulai. 

Kebaca kan, salah satu harapan terbesar di tahun 2022 adalah semoga Abi bisa mendapatkan SK pindah kembali ke Bandung, bisa berkumpul lagi satu atap setiap hari. Aamiin

Pandemi Belum Berakhir

Ada satu hari di akhir bulan Juni 2021, ketika saya berdoa lebih khusyuk dari biasanya ba'da solat subuh. Pasalnya malam sebelumnya, Papah di Bandung sudah mengeluhkan kondisinya yang dua hari terakhir demam. 

Ketika itu second wave sedang melanda. Berita duka sedang sering hadir di hampir setiap grup WA. Keueung lah kalau kata bahasa sundanya mah

Tak lama selesai berdoa, telepon saya berbunyi. Papah yang menelepon. Mendapat panggilan di jam yang tak biasa, tentu saja membuat curiga. Kala itu saya sudah pasrah, sambil menguatkan hati.

"Iya, Pah?"

"Gun, jadi ya cariin yang bisa swab ke rumah. Papah ini mulai kehilangan penciuman. Mamah ga enak tenggorokan. Ichan juga demam."

Ah, rasanya badan langsung rontok. Meski mengiyakan dengan sigap permintaannya, tangan saya gemetar sambil mencari nomor telepon layanan homecare yang sesungguhnya sejak tadi malam sudah saya kumpulkan. 

Hasilnya? Papah, Mamah, adik bungsu, dan keluarga adik saya yang sedang tinggal di rumah ortu pun positif covid. Mereka akhirnya isolasi mandiri di rumah. Gejalanya bisa terbilang gejala sedang. 

Siang harinya dengan impulsif, saya yang saat itu sedang di Indramayu meminta pulang ke Bandung pada suami. Ndilalah beliau juga sudah berencana ke Bandung ternyata. "Malam kita pergi ya, abis Abi kerja, Abi udah ijin wfh dari Bandung." katanya. 

Namun, malam itu di perjalanan, kami berdiskusi kembali. "Yakin ibu sama anak-anak mau ikut ke Bandung?" tanyanya. 

Iya sih, kalau dipikir-pikir keberadaan saya di sana tidak akan berpengaruh banyak, malah akan mempersulit mobilisasi kalau ada apa-apa. Suami sendiri merasa dia diperlukan di sana untuk menjadi garda yang stand by di luar rumah tempat isolasi, yang memantau dan memastikan kebutuhan para pasien terpenuhi, yang bersiaga jika ada kondisi darurat terjadi. 

Saya jadi teringat quotenya Mbak Cinta di AADC,  
"kalau emosi mengalahkan logika, kebukti kan banyakan ruginya?"

Baiklah, ini sungguh impulsif. Kekhawatiran saya mendengar saturasi Mamah sempat turun, adik demam tinggi, membuat logika agak terbelakangkan. Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya saya dan anak-anak kembali dirumahkan oleh suami. Beliau pergi sendiri. Namun, alhamdulillah hati malah lebih tenang, mengingat beliau yang selalu dapat saya andalkan hadir di sana dekat dengan keluarga. InsyaAlloh, this too shall pass.

Alhamdulillah, meski dengan beberapa drama, akhirnya episode isolasi mandiri ini terlewati juga sampai akhirnya semua kembali sehat. Hikmahnya, saya bersyukur sekali diberikan keluarga yang kompak. Kami bisa berbagi tugas walau terpisah jarak.

Periode isolasi mandiri keluarga ini berakhir menjelang Idul Adha. Ketika itu kami hanya bisa berlebaran secara virtual. Lebaran yang terasa berbeda tapi membuat sangat bersyukur karena bisa berkumpul lengkap dalam kondisi sehat dan menuju sehat walau berjauhan. 





Di sesi online itu, ponakan kecil mengajak main teka-teki. "Awan apa yang bikin bahagia?" tanyanya. 

Ternyata jawabannya, awanna be with youuu

langsung lagu mandy moore terngiang di kepala.. 
I wanna be with you, if only for a night, to be the one who's in your arm to hold you tight~~~  
Yang ikut nyanyi seangkatan niih... hahaha

Lalu teka-teki sang cucu dibalas oleh kakeknya, 

"Kopi apa yang ga enak, De?"
"Kopi apa, ke?"
"KOPI-D 19."

Hahahaha...  Sang kakek curhat. Alhamdulillah, lebaran online kami dipenuhi tawa setelah badai terlewati bersama. 

Penutup 

Dua tahun ini adalah tahun yang cukup berat bagi kita semua. Semoga tahun 2022, kondisi dunia bisa lebih baik, ya.

Semoga pandemi bisa cepat berakhir. Walau tentu saja kembali ke normal, tentu tak akan instan. Semoga kita semua bisa melewatinya dengan baik walau perlahan.



Komentar

  1. masyaallah ... bersyukur ya teh anggun, keluarga akhirnya kembali sehat.

    salam semangat

    BalasHapus
  2. Anggun, rasanya pasti nyess sedihnya mengetahui kedua orangtua, adik, dan keluarga adik terkena CoVid. Namun alhamdulillah sudah sembuh ya Anggun.

    Aamiin semoga di tahun 2022, suami bisa pindah lagi ke Bandung ya, agar bisa berkumpul setiap hari bersama sama. :)

    BalasHapus
  3. Teteh... puji Tuhan ya keluarga kembali sehat. Emang horror banget cerita COVID ini. Semoga lancar ya tahun 2022 bisa kumpul sekeluarga lagi dan semua sehat, dan terus produktif :)

    BalasHapus
  4. Teh Anggun,, aduh,, mau sungkem dulu karna ternyata judulnya jadi samaan. Biasanya kalo saya nulis tantangan suka ngecek dulu judul2 yg udah submit. Lah ini kelupaan kayanya. monmaap ya teh.. isinya juga sama tentang covid pula hihi.. Alhamdulillah udah pada sehat ya,, semoga sehat-sehat terus.. aamiin

    BalasHapus
  5. Wah cobaan hidup dinikmati aja ya teh. Aku lagi periode mesin cuci not alright nih, tapi serumah lebih dikit dari berlima. Alhamdulillah MGN buat blognya ter update ya

    BalasHapus
  6. Teh Anggun, ikut mengaminkan, semoga tahun depan ngga LDM lagi ya.

    Semoga sehat terus sekeluarga, take care

    BalasHapus
  7. aku punya tuh buku jejak kenangan, dapat hadiah pas menang tantangan MGN hehe. Aduh 2021 ini emang sesuatu ya, tapi ikut tertawa membaca tebak2annya. Dan ikut pengen bikin foto ala hometown cha cha cha juga deh liatnya, hehehe...

    Bener banget, this too shall pass... semangat menjelang 2022 mbak Anggun

    BalasHapus
  8. Ikut deg-degan sekaligus lega di akhir cerita.hehehe

    Asiknya bisa sering ke pantai..memang selalu ada hal positif dari setiap kondisi.

    Semoga teh Anggun sekeluarga sehat selalu yaa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia Dua Guru Bahasa

Ada di Setiap Hati yang Bersyukur #HappinessProject

Makanan Favorit Sekitar Kampus Gajah