Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Surat Cinta Untukmu

Gambar
Pertama kali melihatmu, rasanya biasa saja.  Ada aneh campur ragu dengan melihat  segala keunikan yang kau punya. Sangsi pun hadir, meragukan rasa yang kau suguhkan.  Namun katanya, tak kenal maka tak sayang.  Semakin lama mengenalmu, tiba-tiba ada rasa yang tak biasa.  Semakin terbiasa dengan hadirmu, ada rindu yang tiba-tiba menyergap.  Ah, lalu aku bisa apa?  Apa ini yang namanya cinta ? Keunikanmu, Kehangatanmu, Beragam karaktermu, Mulai mewarnai hari-hariku. Saat sepi melanda, kau salah satu yang kuingat.  Saat galau menghampiri, maka ku ingin kau ada di sisi.  Saat bahagia datang, kamu pun ikut terbayang. Bahkan saat ku lapar, kau hadir di ingatan.   Apakah benar ini cinta ?  Karena terkadang, aku pun mulai merasa kehilangan.  Jika memang ini benar  cinta , sungguh ku akan mensyukuri keberadaannya.  Karena artinya, Tuhan masih ijinkanku untuk merasa.  Terima kasih untuk segala kehangatan yang kau hadirkan.  Terima kasih untuk keceriaan di tengah kebersamaan.  Terima kasih untuk h

Orang-orang Sederhana Berhati Kaya

Gambar
Saya mengenal Dedy Vanshopi dari postingan Instagram salah seorang teman. Ketika itu, saya memilih salah satu tulisan yang ada di akun Instagramnya sebagai bacaan sebelum tidur.  Namun ternyata, tulisannya mengandung bawang, Pemirsa! Alhasil malam itu, saya pun tidur sambil bercucuran air mata, tapi hati terasa hangat. Anehnya ga kapok, ada malam lainnya ketika dibuat mengharu biru kembali dengan tulisan-tulisan beliau. Dedy Vansophi atau lebih sering dipanggil Romo adalah seorang sutradara yang suka menulis. Biasanya, beliau menuliskan kisah dari kampung halamannya di feed  Instagramnya. Kisah tentang kehidupan keluarga serta orang-orang sekitarnya. Kisah-kisah yang sederhana tapi manis dan menyentuh hati.  Tulisan-tulisannya tersebut akhirnya dikumpulkan menjadi dua buah buku yang berjudul "Rumah Tepi Kali" dan "Orang-orang Tepi Kali". Tentu saja, sebagai penggemar tulisan Romo, buku-buku ini sekarang termasuk salah dua penghuni rak buku di rumah kami.  

Sidang Tahfidz (1)

Gambar
Tahfidz adalah salah satu program unggulan dari sekolah anak-anak. Seiring dengan itu, ada agenda sidang tahfidz untuk menguji kemampuan mereka. Dalam sidang ini, si anak akan melafalkan 1 juz hafalannya dalam sekali duduk di hadapan 2 guru penguji. Beberapa bulan lalu, Teteh menghadapi sidang ketiganya. Harusnya ga grogi lagi yaa, karena bukan yg perdana. Namun, nyatanya sepekan itu ia tak tenang. Padahal sudah murojaah juga didampingi ustadzahnya. Juz 28 ini memiliki tantangan tersendiri untuknya karena banyak yang mirip ayatnya. Qodarulloh, hari Sabtu itu Teteh mendapatkan jadwal jam 7 pagi. Selepas subuh, kami murojaah sebentar, lalu tak lama tangisnya pecah. "Aku masih banyak salahnya." Dia merasa belum siap.  Kami biarkan ia menangis, bahkan sampai saat mandi. Setelah tangisnya reda, saya duduk bersamanya, memeluknya, "Mau lanjut atau ngga?" Dia mengangguk. Padahal saya sudah siap untuk mengabari sekolah kalau misalnya dia enggan melanjutkan.  "Oke, kalau

Curug Aseupan : Tujuan Wisata Alam Bersama Keluarga

Gambar
Semenjak pandemi, wisata alam menjadi salah satu pilihan yang paling diminati masyarakat untuk rekreasi. Alam terbuka dan udara segar dianggap lebih menyehatkan dibandingkan jalan-jalan ke mal. Kita akan lebih mudah menjaga jarak, bisa membuka masker sejenak, dan menyegarkan pikiran dari kebosanan di rumah saja.  Saat ini, wisata alam masih menjadi tujuan rekreasi yang diminati keluarga kami. Namun, mengingat anggota keluarga yang cukup beragam usianya, mulai dari balita sampai lansia, lokasi wisata pun menjadi terbatas. Hiking ke gunung tidak bisa menjadi pilihan. Curug-curug yang menarik pemandangannya biasanya cukup sulit dijangkau oleh balita atau lansia. Belum lagi lokasinya yang kadang cukup jauh dari tengah kota.  Alhamdulillah, kami menemukan satu lokasi wisata alam yang ternyata ramah anak dan lansia, pun tak jauh dari rumah.  Akhirnya, dua bulan lalu kami sekeluarga bermain ke sana.  Curug Aseupan yang Tak Jauh dari Rumah Curug Aseupan terletak di daerah Parongpong, Bandung

Kopi Rasa Rindu

Gambar
Dua cangkir kopi panas tersaji berhadapan di atas meja makan. Satu cangkir berisi kopi hitam tanpa gula. Kopi kesukaan Akang. Dulu, Rana pernah bilang, "Hidup kurang pahit apa, Kang? Minum kopi kok ga pake gula."  Saat itu, Akang tertawa mendengarnya, "Eh puguh biar terbiasa dengan pahitnya kehidupan." Begitu katanya.  Satu cangkir lagi tentu saja kepunyaan Rana, berisi kopi susu favoritnya. Dia punya resep kopi susu andalan. Takarannya adalah 1 sdt kopi, 3 sdt susu kental manis, 1/2 sdt coklat bubuk, dan air panas secukupnya. Ah nikmat, wangi kopi dan coklat bersatu padu dengan manisnya susu.  Jam dinding menunjukkan sudah pukul 9 malam. Dua cangkir kopi masih mengeluarkan asap panas. Sang pembuat kopi masih sibuk mencuci piring, sebelum akhirnya menghempaskan dirinya ke kursi makan sambil menghela nafas panjang.  "Cape bangeeeet hari ini, Kang! Bayangin tadi dari dago jam 5, baru nyampe rumah jam 7. Itu yaa di flyover antapani antriannya uda kaya

Hai, Bu!

Cape ya? Sini dipuk puk dulu.  Makasih yaa udah bertahan dua pekan ini. Minggu yang luar biasa ya? Hahaha This too shall pass. Sedikit lagi, insyaAlloh.  Makasih yaa, sudah berusaha berprasangka baik padaNya, tak mengeluh menjalani ketetapanNya.  Makasih juga sudah bisa memaafkan saat hati sebenarnya terluka, melupakan atas nama taat, dan berusaha sabar saat sebenarnya sudah sangat gelisah. Makasih yaa, sudah banyak beristigfar saat emosi di ujung tanduk, sudah meminta maaf saat salah, sudah berusaha hadir di sisi yang membutuhkan.  Hebat, Bu... You do it well!  Terutama saat ikut berbahagia ketika orang lain bahagia. Yakin bahagiamu juga sudah Alloh takdirkan, kan?  Tak kan tertukar.  Bu Anggun.. Hari ini tanggal 4, sampai lupa yaa kita, hahaha.  Semoga makin tua, makin bijak. Semakin pandai mengambil hikmah. Semakin semangat menabung pahala untuk bekal kelak.  I love you, Bu. Semoga tulisan ini bisa memelukmu... di hari yang katanya ulang tahun.  Di satu pojok rumah sakit, 4 Oktober

Ketika Mereka Mulai Mengenal Cinta

Gambar
"Bu, kalau ada yang suka sama kita tuh, cuekin aja kan ya?" tanya si anak gadis di suatu malam.  Deg! Mendengar pertanyaannya, jantung si Ibu macam mendengar suara petasan, kaget 😂 Namun, muka berusaha dibuat se- lempeng mungkin dan balik bertanya, "Emang ada yang suka sama siapa?"  "Nih, katanya ada yang suka sama teteh," jawab sang adik. Sang teteh pun nyengir.  Oh, ternyata sudah tiba waktunya.  Having Pre-teen Girls Ada yang bilang : parenting is neverending journey. Di awal masa kehidupan anak, kita akan banyak bergelut dengan dunia perbayian, menyusui, masa MPASI, berdamai dengan tantrum, atau yang paling jadi PR buat saya : toilet training . Setelahnya, memasuki usia sekolah, kita pun mulai disibukkan dengan pilihan sekolah, mengajarkan life skill pada bocah, dan memperkenalkan kehidupan bersosialisasi. Memiliki anak di usia menjelang baligh, PR orang tua ternyata tak berkurang, malah bertambah banyak. Mempersiapkan diri mereka secara fisik dan m

Kukuh dan Teguh

Namaku Kukuh . Waktu kecil, aku sempat protes kepada Abah perihal namaku ini. Pasalnya, saat itu ada seorang penyanyi cilik bernama Chikita Meidy yang sedang populer dengan lagunya yang berjudul "Kukuku".  Kuku kuku kukuku kuku Kuku kuku kukuku kuku Jari tanganku Kukunya lima (oh ya)  Jari kiriku juga lima Alhasil, seringkali ketika aku berjalan di lorong sekolah, teman-teman mengejekku dengan menyanyikan lagu tersebut. Mereka menambahkan huruf h di setiap kata kuku. Awalnya, aku merasa biasa saja, tapi lama-lama terganggu juga. " Bejakeun, bagus kitu artinya nama Kukuh teh, istiqomah. Pamere Abah, Ulah diheureuykeun. Geus kitu mah antepkeun weh, engke ge boseneun. " kata Abah ketika aku bercerita tentang kekesalanku.  Aku menuruti nasihatnya untuk menegur mereka agar tidak mempermainkan nama yang telah orangtua beri, lalu setelahnya menghiraukannya. Alhamdulillah, perkataan Abah benar, mereka bosan karena tak ditanggapi. Tak kusangka ketika menjelang dewasa, nama

Semangat Kembali (Mengantar) ke Sekolah

Gambar
Tahun ajaran baru ini, anak sekolah di rumah kami bertambah satu. Si bungsu baru saja masuk TK, sedangkan dua kakaknya sekarang duduk di kelas empat dan lima SD. Alhamdulillah, grup Whatsapp ibu semakin ramai. Ada grup sekolah, grup kelas, grup kelompok tahfidz, dan tentu saja grup orang tua murid. Pusing, Bu? Lumayaaan, hahaha. Qodarulloh, di pekan pertama kembali ke sekolah, rumah kami sedang dalam perbaikan. Jadilah, kami harus mengungsi sementara ke rumah orang tua saya, nenek dan kakeknya anak-anak. Perjalanan ke sekolah yang biasanya hanya menghabiskan waktu 10 - 15 menit, kali ini harus ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam. Ibu supir membayangkannya saja sudah cukup lelah, tapi mau bagaimana lagi, harus tetap dilalui.  Sejak malam sebelum hari pertama sekolah tiba, kami sudah bersiap-siap. Seragam, peralatan sekolah, kaos kaki, dan sepatu sudah tinggal pakai. Anak-anak pun alhamdulillah tidur lebih cepat. Mereka sangat bersemangat menyambut hari pertama sekolah. Rencanan

Menjadi Penulis Buku Anak

Gambar
Saya masih ingat saat kelas lima SD dulu, di awal tahun ajaran baru, wali kelas kami memberi tugas untuk membuat karangan tentang kegiatan yang dilakukan saat liburan sekolah. Saya bercerita tentang liburan di rumah Nenek. (Sungguh judul cerita sejuta murid ya?😆) Entah apa yang saya tulis saat itu, tapi ternyata menghabiskan dua lembar kertas polio. Selepasnya saya merasa puas, happy dan tentu saja pegal 😂 Rasanya itu pertama kali saya tahu :  i love writing .  Namun, kegiatan menulis ini rupanya hanya menjadi selingan, tak lanjut terasah. Saat itu, secara akademis nilai matematika saya lebih menonjol. Akhirnya saat berkuliah pun, saya memilih jurusan matematika. Dunia menulis terlupakan.  Kembali Menulis Lewat Blog Tahun 2005, saya mulai akrab dengan internet, biasanya nebeng di labkom jurusan, hihi. Media sosial mulai banyak bermunculan. Blog pun mulai digandrungi banyak peminat, termasuk saya. Si tukang bercerita ini mulai menuliskan kembali 'caprukan'nya di blog . Seneng

Sama Susahnya

Percakapan ini terjadi pada bulan Ramadan dua tahun yang lalu. Teteh : "Bu, tahu enggak yang aku enggak suka dari puasa tuh apa?" Ibu : "Apa?" Teteh : "Bangun sahurnya. Itu tuh pas lagi enak-enaknya tidur terus dibangunin. Susah banget buka matanya." Ibu : "Tahu enggak kenapa sahur dan puasa itu pahalanya besar?  Ya karena susah , kalau gampang dapatnya bukan pahala, tapi mainan Kind*rjoy." Teteh : "Itu juga susah , soalnya ibu enggak pernah mau beliin, harus ngumpulin uang sendiri dulu." Ketika itu, saya hanya bisa tergelak, menertawakan komentar polosnya dan kesalahan saya dalam mengambil contoh. Ibu-ibu pasti paham. Siapa yang juga sering menolak permintaan bocah untuk membeli jajanan coklat berhadiah seukuran telur yang rajin nongkrong di kasir mini market ini? Rasanya wajar untuk menjadi perhitungan. Dengan harga yang cukup mahal, kita hanya akan mendapatkan coklat berukuran setengah telur dan mainan kecil yang tidak diketahui b

Tidak Semua Anak Harus Hobi Membaca

Gambar
Udah kontroversial belum judul postingannya?😆 Tenang, Gais... jangan julid dulu!  Tentu saja saya termasuk yang mendukung gerakan literasi untuk menumbuhkan minat baca anak sejak dini. Yes,  I do!  Raising A Reader Buku adalah salah satu yang saya perkenalkan kepada anak-anak sejak mereka masih bayi. Membeli buku anak hampir menjadi sebuah hobi, baik itu buku baru atau pun bekas. Ada satu masa, saya sampai harus menahan diri untuk tidak membeli lagi karena rak buku di rumah sudah terlalu penuh. Sampai akhirnya, kami hibahkan beberapa buku. ( lalu beli lagi...  #eh)   Terbukti ketika pindahan (yang mana sudah sekian kali terjadi) dus koleksi buku kami termasuk yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dus lainnya, bahkan mengalahkan dus peralatan dapur.  Alhamdulillah enggak cuma doyan belinya, saya juga menikmati momen membacakan buku untuk anak-anak. Meskipun seringkali ngantuk menyerang saat mereka sedang asyik menyimak, lalu sesi membaca pun berujung, "Ibu ... kenapa ceritanya

Candy Crush Mania

Gambar
Dalam 24 jam, waktu untuk diri sendiri rasanya baru bisa saya dapatkan di malam hari, saat anak-anak sudah tertidur lelap.  Walau kadang badan terasa sudah lelah, entah mengapa rasanya kok sayang kalau ikutan tidur juga. Waktu yang rasanya terlalu berharga untuk dilewatkan hanya dengan tidur saja, my-me-time .  Akhirnya pilihan kegiatan yang saya pilih hampir setiap malam adalah yang menghibur dan bisa dilakukan sambil rebahan, misalnya scrolling instagram, ngetik blog kaya sekarang, atau nonton drama korea. Dan satu lagi aktivitas favorit yang paling sering dilakukan saat me time adalah main Candy Crush! Awal mulanya Permainan Candy Crush ini mulai saya mainkan sekitar tahun 2018. Cukup konsisten sampai akhirnya di tahun keempat ini saya sudah berada di level 3854. Coba konsistennya di hal laen yang lebih berfaedah ya 😅😂 Iya, ternyata bisa sampai ribuan gini levelnya, ngalahin lapisan wafer tango yang ratusan. Bahkan dosen saya pernah memposting di media so

Tiga Resep Mudah dan Murah Untuk Akhir Bulan

Gambar
Saya suka memasak, walau sebetulnya enggak jago-jago amat. Menu yang saya masak tentu saja yang mudah , mengingat keahlian yang biasa saja dan tentu saja waktu di dapur yang sebisa mungkin tidak terlalu lama karena kerjaan rumah lainnya menanti untuk dikerjakan. Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang tips kewarasan untuk ibu rumah tangga, berikut ini saya mau berbagi juga resep masakan yang mudah dibuat dan murah biayanya sehingga cocok untuk dijadikan menu akhir bulan. Semoga bisa bermanfaat untuk para ibu di dapur rumahnya.  1 . Nasi Liwet Ayam Krispi Menu ini sempat viral di dunia maya. Ayam krispinya menggunakan salah satu merek ternama. Saya yang kepo , akhirnya mencoba membuatnya juga. Namun, ayamnya menggunakan merek lokal saja,  hihihi . Kan judulnya juga menu akhir bulan. Dua buah ayam saja bisa disajikan untuk 4-5 orang.  Bahan : - 3 cup nasi - 2 buah ayam krispi - 2 siung bawang putih - serai dan daun salam secukupnya - kaldu bubuk Cara membuat : Masak nasi seperti bi

Si Pemuda Panada

Gambar
Mendung menggelayut di langit Bandung pagi ini. Angin dingin berhembus melewati sela-sela amfiteater menerpaku yang sedang merasa kesepian. Aku, seperti biasanya, berdiri tegak di bagian barat kampus ini. Sejak dulu, tak berubah. Hanya suasananya yang kini berbeda.  Dulu, hari-hariku selalu ramai, diwarnai langkah-langkah kaki menuju tempat kuliah, celotehan para mahasiswa, suara dosen mengajar, keluhan korban yang mendapat kuliah di lantai tiga pada jam tujuh pagi, suara kepanikan seseorang yang tersesat salah belok menuju kelas tujuannya, ditambah lagi suara ibu kantin  yang sedang marah-marah karena ada mahasiswa yang salah menempatkan uang bukan di baki pembayaran untuk membayar nasi hainan terenak sekampus raya. Namun kini, sepi sunyi saja yang terdengar di sini. Hanya ada ruangan yang kosong, lantai yang berdebu, dan dinding dingin yang mulai melapuk. Puluhan purnama kulewati dalam kesendirian. Semuanya mendadak hilang seperti ditelan bumi. Tak ada lagi kegiatan di sini. Hanya sa