Menjadi Penulis Buku Anak

Saya masih ingat saat kelas lima SD dulu, di awal tahun ajaran baru, wali kelas kami memberi tugas untuk membuat karangan tentang kegiatan yang dilakukan saat liburan sekolah. Saya bercerita tentang liburan di rumah Nenek. (Sungguh judul cerita sejuta murid ya?😆) Entah apa yang saya tulis saat itu, tapi ternyata menghabiskan dua lembar kertas polio. Selepasnya saya merasa puas, happy dan tentu saja pegal 😂 Rasanya itu pertama kali saya tahu : i love writing

Namun, kegiatan menulis ini rupanya hanya menjadi selingan, tak lanjut terasah. Saat itu, secara akademis nilai matematika saya lebih menonjol. Akhirnya saat berkuliah pun, saya memilih jurusan matematika. Dunia menulis terlupakan. 

Kembali Menulis Lewat Blog

Tahun 2005, saya mulai akrab dengan internet, biasanya nebeng di labkom jurusan, hihi. Media sosial mulai banyak bermunculan. Blog pun mulai digandrungi banyak peminat, termasuk saya.

Si tukang bercerita ini mulai menuliskan kembali 'caprukan'nya di blog. Seneng rasanya bisa menuangkan apa yang dipikirkan, apa yang dirasakan, apa yang baru dialami. Meski saat ini, kalau tulisan lama itu dibaca ulang, bisa geleng-geleng kepala sendiri. Alay kali kau, ngguuuun. 😂

Menulis di blog ini berlanjut sampai saya lulus dan menjadi seorang guru. Isi tulisan pun mulai berubah, dari curhatan mahasiswi menjadi kisah murid-muridku di sekolah. 

Tahun 2010, saya menikah. Apakah isi blog berubah? Oh tentu saja! Bahkan akhirnya saya membuat blog ini yang niatnya menjadi blog keluarga. Alhamdulillah, sampai saat ini, blog ini masih menjadi media untuk saya tutulisan.

Belajar Menulis Cerpen

Meski mengaku suka menulis, tulisan saya biasanya berupa cerita sehari-hari yang saya alami. Itulah mengapa saya suka Ngeblog. Saya ga handal dalam membuat cerita fiksi, doyannya bacanya doank. 

Namun, di tahun 2013, entah apa yang mendorong saya ikut kompetisi menulis cerpen. Alhamdulillah ternyata cerita saya terpilih untuk dibukukan dalam satu antologi dan bahkan cerita tersebut menjadi juaranya. Lalu, cerpen dewasa itu pun menjadi satu-satunya cerpen yang pernah saya buat, hahaha. Mandeg, ga pernah bisa bikin lagi. Sampai akhirnya Mamah Gajah Ngeblog bikin tantangan membuat cerita fiksi, jadilah cerita kedua.

Keduanya terinspirasi kisah nyata. Iya, daya imajinasi saya cukup rendah buat jadi seorang penulis fiksi, hihihi. Namun, meski menyadari kekurangan saya ini, saat ini saya malah punya cita-cita yang perlu terjun dalam dunia imajinasi. 

Menjadi Seorang Penulis Buku Anak

Sejak menjadi seorang ibu, pilihan bacaan saya mulai teralih. Mengingat banyak malam yang saya lewati dengan membaca buku untuk pengantar tidur bocah, maka saya pun mulai jatuh cinta pada buku cerita anak.

Buku anak itu menyenangkan, sederhana tapi seru, menghibur tapi banyak hikmah tersembunyi, ditambah banyak dihiasi ilustrasi cantik. Jiwa menulis saya pun tergelitik, "ih pengen deh bisa nulis buku cerita buat anak-anak."

Niat ini pun saya seriuskan dengan mengikuti beberapa workshopnya. Dan ternyataaaaaa...  Nulis buku cerita anak itu enggak mudah, Pemirsa! 

Walau terlihat seperti yang gampang, kata-katanya cuma sedikit, ide ceritanya sederhana, eh ternyata susah loh. Banyak detil yang harus dipelajari. Terbukti dengan beberapa kali ikutan kompetisi bikin cerita anak atau masukin naskah ke penerbit, saya pun gagal mulu, hahaha.

Eh ga mau ngaleuleungit denk, pernah meraih prestasi satu kali, lolos 40 naskah terbaik kompetisi menulis cerita anak dari penerbit DAR! Mizan. Walau ga terpilih untuk dibukukan, tapi tetap bikin bahagiaaaaa. Alhamdulillah 

Setelah itu, qodarulloh belum pernah lagi, hahahaha.. Masih harus banyak belajar. 

Pernah sekian kalinya gagal, saya mikir "ah kayanya emang ga bakat deh. Udah lah udahan aja. " tapi kemudian nemu dan baca buku cerita anak yang bagus, semangat lagi ingin bikin juga, hihihi. 

Sekarang mah berusaha banyak berlatih aja, banyak baca, belajar dari yang ahli, ... and keep writing

Alhamdulillah, dua cerpen anak sempet nyangkut di dua buku antologi. 


Pas pandemi lalu, saya juga sempat bikin cerita bergambar bersama anak-anak di instagram dan mendapat sambutan hangat. Segitu juga udah bahagia, alhamdulillah.


Walau tetap di lubuk hati terdalam, masih berniat, insyaAllah akan nerbitin buku cerita anak (di penerbit besar) ... yang lucu, yang hangat, yang bermanfaat, yang bisa menghibur anak dan orang tuanya, yang bisa bikin anak-anakku bangga punya ibu yang bisa berkarya.  Aamiin! Mari kita semangaaat! 

Doakan ya! 

***

Tulisan ini disertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Juli. 




Komentar

  1. Track recordnya sudah bagus nih Nggun. Insya Allah segera tercapai cita-cita punya buku cerita anak sendiri yang keren.

    BalasHapus
  2. Semangat, Teh Anggun. Kita tunggu tanggal terbitnya. Undang2 mamah2 MGN ya pas launching buku. Pasti banyak yang mau beli dan sekalian promosi (buat bahan blog post juga)

    BalasHapus
  3. selamat ya teh Anggun ... keren banget sudah terbit cerpennya. semoga semakin banyak ya yang bisa terbit.

    salam semangat

    BalasHapus
  4. Wah Mamah Anggun, portofolio-nya sudah bikin terkagum-kagum niy. Insha Allah satu langkah lagi untuk menjadi penulis buku anak yang banyak disukai dan menginspirasi. Semoga harapannya tercapai, Anggun. :)

    BalasHapus
  5. Teteeh aku juga ikutan lomba yang Mizan itu tapi engga lolos hahaha. Emang susah ya bikin cerita anak tuh. Keliatannya sederhana padahal mah lebih ribet huhu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia Dua Guru Bahasa

Ada di Setiap Hati yang Bersyukur #HappinessProject

Makanan Favorit Sekitar Kampus Gajah