Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

Semangat Kembali (Mengantar) ke Sekolah

Gambar
Tahun ajaran baru ini, anak sekolah di rumah kami bertambah satu. Si bungsu baru saja masuk TK, sedangkan dua kakaknya sekarang duduk di kelas empat dan lima SD. Alhamdulillah, grup Whatsapp ibu semakin ramai. Ada grup sekolah, grup kelas, grup kelompok tahfidz, dan tentu saja grup orang tua murid. Pusing, Bu? Lumayaaan, hahaha. Qodarulloh, di pekan pertama kembali ke sekolah, rumah kami sedang dalam perbaikan. Jadilah, kami harus mengungsi sementara ke rumah orang tua saya, nenek dan kakeknya anak-anak. Perjalanan ke sekolah yang biasanya hanya menghabiskan waktu 10 - 15 menit, kali ini harus ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam. Ibu supir membayangkannya saja sudah cukup lelah, tapi mau bagaimana lagi, harus tetap dilalui.  Sejak malam sebelum hari pertama sekolah tiba, kami sudah bersiap-siap. Seragam, peralatan sekolah, kaos kaki, dan sepatu sudah tinggal pakai. Anak-anak pun alhamdulillah tidur lebih cepat. Mereka sangat bersemangat menyambut hari pertama sekolah. Rencanan

Menjadi Penulis Buku Anak

Gambar
Saya masih ingat saat kelas lima SD dulu, di awal tahun ajaran baru, wali kelas kami memberi tugas untuk membuat karangan tentang kegiatan yang dilakukan saat liburan sekolah. Saya bercerita tentang liburan di rumah Nenek. (Sungguh judul cerita sejuta murid ya?😆) Entah apa yang saya tulis saat itu, tapi ternyata menghabiskan dua lembar kertas polio. Selepasnya saya merasa puas, happy dan tentu saja pegal 😂 Rasanya itu pertama kali saya tahu :  i love writing .  Namun, kegiatan menulis ini rupanya hanya menjadi selingan, tak lanjut terasah. Saat itu, secara akademis nilai matematika saya lebih menonjol. Akhirnya saat berkuliah pun, saya memilih jurusan matematika. Dunia menulis terlupakan.  Kembali Menulis Lewat Blog Tahun 2005, saya mulai akrab dengan internet, biasanya nebeng di labkom jurusan, hihi. Media sosial mulai banyak bermunculan. Blog pun mulai digandrungi banyak peminat, termasuk saya. Si tukang bercerita ini mulai menuliskan kembali 'caprukan'nya di blog . Seneng

Sama Susahnya

Percakapan ini terjadi pada bulan Ramadan dua tahun yang lalu. Teteh : "Bu, tahu enggak yang aku enggak suka dari puasa tuh apa?" Ibu : "Apa?" Teteh : "Bangun sahurnya. Itu tuh pas lagi enak-enaknya tidur terus dibangunin. Susah banget buka matanya." Ibu : "Tahu enggak kenapa sahur dan puasa itu pahalanya besar?  Ya karena susah , kalau gampang dapatnya bukan pahala, tapi mainan Kind*rjoy." Teteh : "Itu juga susah , soalnya ibu enggak pernah mau beliin, harus ngumpulin uang sendiri dulu." Ketika itu, saya hanya bisa tergelak, menertawakan komentar polosnya dan kesalahan saya dalam mengambil contoh. Ibu-ibu pasti paham. Siapa yang juga sering menolak permintaan bocah untuk membeli jajanan coklat berhadiah seukuran telur yang rajin nongkrong di kasir mini market ini? Rasanya wajar untuk menjadi perhitungan. Dengan harga yang cukup mahal, kita hanya akan mendapatkan coklat berukuran setengah telur dan mainan kecil yang tidak diketahui b