Ketika Mereka Mulai Mengenal Cinta

"Bu, kalau ada yang suka sama kita tuh, cuekin aja kan ya?" tanya si anak gadis di suatu malam. 

Deg! Mendengar pertanyaannya, jantung si Ibu macam mendengar suara petasan, kaget 😂 Namun, muka berusaha dibuat se-lempeng mungkin dan balik bertanya, "Emang ada yang suka sama siapa?" 

"Nih, katanya ada yang suka sama teteh," jawab sang adik. Sang teteh pun nyengir. 

Oh, ternyata sudah tiba waktunya. 

Having Pre-teen Girls

Ada yang bilang : parenting is neverending journey. Di awal masa kehidupan anak, kita akan banyak bergelut dengan dunia perbayian, menyusui, masa MPASI, berdamai dengan tantrum, atau yang paling jadi PR buat saya : toilet training. Setelahnya, memasuki usia sekolah, kita pun mulai disibukkan dengan pilihan sekolah, mengajarkan life skill pada bocah, dan memperkenalkan kehidupan bersosialisasi.

Memiliki anak di usia menjelang baligh, PR orang tua ternyata tak berkurang, malah bertambah banyak. Mempersiapkan diri mereka secara fisik dan mental menghadapi banyak perubahan di diri dan lingkungannya.

Bukan kali pertama saya bercerita kepada anak-anak gadis kami tentang pubertas. Sejak anak pertama mulai memiliki tanda fisiknya, berupa pertumbuhan payudara, kami sudah sering membicarakannya.  Bahwa nanti pada saatnya, mereka pun akan mengalami menstruasi seperti ibunya. Saat itu artinya mereka sudah baligh, dalam islam sudah diperhitungkan amal dan dosanya. Namun, pembicaraan ini biasanya selintas lalu. 

Malam itu, seperti pas momennya. Bapaknya anak-anak sedang dinas di luar kota. Si bungsu sudah tidur. Tinggal saya dengan dua anak gadis usia menjelang baligh yang baru saja bertanya tentang "suka-sukaan" tadi. Kali ini bertambah hikmah yang saya rasakan memiliki dua anak yang sama gendernya dengan usia yang berdekatan, semacam punya geng buat cucurhatan, hahaha. 

Malam itu, kami  mengobrol dengan bantuan sebuah buku. Alhamdulillah, Alloh mudahkan beberapa malam sebelumnya saya baru saja menamatkannya. Rupanya persiapan untuk menghadapi malam ketika bocah bertanya. Memang rencananya buku ini nantinya akan kami baca bareng-bareng juga, sebagai persiapan para anak gadis menghadapi babak baru kehidupannya. 


Hamil Itu kan Harus Nikah Dulu

Di buku ini dijelaskan bahwa pubertas itu artinya tubuh sudah siap untuk bereproduksi. "Artinya kalo sudah menstruasi sudah bisa hamil," kata saya setelah menjelaskan panjang lebar tentang bagaimana proses menstruasi terjadi secara biologi. 

"Hah, ko bisa? Kan harus nikah dulu."

"Betuuul, aturan dari Alloh, harus menikah dulu, baru yg bukan mahram halal berdekatan, dan bisa hamil. Tapi ada ga yang belum nikah udah hamil?"

"Hmmm.. Ada?" Si anak menjawab sambil bingung.

"Iya adaa, artinya apa? Dia ga taat sama aturan Alloh. Sama kaya kita ga solat, ga puasa ramadan. Itu ga taat sama aturan Alloh, berdosa."

Aturan dari Alloh, ada batasan dalam hubungan dengan yang bukan mahram, tidak berdekat-dekatan, tidak berdua-duaan, tidak juga memperlihatkan aurat. 

Setelahnya kami mulai mengabsen satu per satu, siapa saja yang menjadi mahram kami dan bukan.

"Berarti kalau aku udah baligh, di rumah ake juga tetep harus pake kerudung ya kaya ibu?  Soalnya sepupu kan bukan mahram."

"Betul."

Memang tidak mudah, Nak...  Ibu pun merasakannya, hehehe...  Tapi sesungguhnya semua aturan yang telah Alloh buat, sejatinya memuliakan wanita, menjaga kehormatannya.

Jadi, Boleh Ga Suka Sama Cowo? 

Bahasan malam itu pun berlanjut dengan menjawab pertanyaan awal sang anak,  bagaimana kalau ada yang suka sama kita. 

"Teteh gimana perasaannya?"

"Yah, aku mah cuekin aja. Lagian baru katanya temen juga. Aku mah ga peduli." Si anak pertama ini emang bawaannya cuek.

"Haha okee.. Cuekin aja. Nah terus sekarang gimana kalau kebalikannya. Boleh ga sih teteh sama kaka suka sama cowo?"

Heniiing..  Mungkin mereka bingung mau jawab apa. 

"Ya boleh doooonk! Alhamdulillah harus disyukuri, berarti sesuai fitrah, cewe sukanya sama cowo. Inget ga kisah kaum Nabi Luth?"

"Inget, sukanya sesama jenis."

"Iya, terus gimana? Akhirnya Alloh turunkan azab kan ya, karena ga boleh, menyalahi fitrah."

Mereka berdua mengangguk-angguk. 

"Nah, tapiiiii... Kalau suka sama seseorang, ga usah diumbar umbar, ga usah diceritain ke semua orang, ceritanya ke Ibu atau Abi aja."

"Kaya Ibu kan, waktu itu yang bilang ke kita suka ama si kaka kelas 6 tea?" Iyes, ibunya pernah naksir anak SD, kakak kelasnya anak-anakku, hahaha. Gara-gara pas lagi acara outbond sekolah, si anak lelaki itu sigap bantuin ibunya yang kesusahan berjalan di bebatuan. Duh meleleh aku tuh, sambil berdoa, semoga tar punya mantu soleh kaya dia😆

"Hahaha... Iyaa, soalnya si kakak nya baik, sigap bantuin ibunya, terus dapet penghargaan tahfidz juga, hebat. Nah kalau suka tuh biasanya kaya gitu, ada alasannya, kaya misalnya Ibu suka sama Abi, soalnya Abi ganteng."

Lalu mereka berdua protes keras, "Ih Abi mah ga ganteeeeng," hahahaha.. Kemudian pas diceritain ke bapaknya, doi yang protes keras ditolak ganteng 😂😂

"Etapi inget ga yang waktu di kajian, kata Pa Ustadz kalau milih suami atau istri itu emang jangan cuma liat dari wajahnya, tapi dari agamanya," kata Teteh. 

"Iya bener bener," saudaranya menyetujui. 

Alhamdulillah ya, berarti secara ga langsung mengakui kalo Abinya (mungkin ga ganteng tapi) soleh hihihi. 

Alhamdulillah, bersyukur juga dari sekian kajian ilmu yang didatangi, ada sedikit yang mereka ambil walau seringkali terlihat hanya main-main saja. (sedikit tapi bagian penting, part bagaimana memilih pasangan hahaha) 
Barokallohu fiikum. 

Dan malam itu, berakhir dengan kami tidur sekasur berempat. Mereka ogah pindah ke kamar masing-masing. Ah walau sempit-sempitan, hatiku hangat. 

Alhamdulillah.

***

Dear teteh, kaka, dan adel

Ratusan doa selalu Ibu panjatkan, semoga Alloh mudahkan Ibu dan Abi untuk menjaga dan membimbing kalian menjadi anak-anak solehah yang sukses dunia dan akhirat. Semoga kalian dijauhkan dari kedzaliman dan selalu ada dalam lindungan-Nya. 

Mungkin kami pernah salah, tak jarang kami juga khilaf, tapi terima kasih yaa selalu berpulang pada Ibu dan Abi saat kalian butuh pegangan. 

Di masa depan, akan banyak sekali yang kalian alami, akan banyak yang kalian rasa. Semoga Ibu dan Abi masih menjadi rumah, tempat kalian bercerita tentang itu semua.  

Because we're always here.
We're always on your back. 
Always... Insya Allah. 

Tulisan ini disertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Agustus 2022.

Komentar

  1. Ini tadi sempat bingung ibunya naksir anak SD, ternyata maksudnya naksir buat jadi mantu. Semoga anaknya dapat mantu seperti si anak SD yang bikin ibunya meleleh ya teh, hehehee... Ganteng itu relatif jelek itu mutlak, kalau hatinya baik, biasanya bisa aja kita melihat yang kata orang ga ganteng jadi ganteng, hehehe...

    BalasHapus
  2. Wah seru sekali membaca percakapan antara Mamah Anggun dengan kedua putrinya yang sudah usia pre-teens. Peran Ibu memang sangat dibutuhkan di usia krusial ini, dan alhamdulillah Teteh dan Kakak mau terbuka ya sama Mamanya. Ini penting banget. Ehehe.

    ***
    Ya ampuun, sempet ngakak yang bagian kedua putri Mamah Anggun protes bahwa Abi-nya gak ganteng. Ehehehe.

    BalasHapus
  3. ha3 ... Abi protes dibilang gak ganteng:
    senangnya hati teh Anggun bersama anak-anak pintar shalihah mau ngobrol gini sama ibunya.

    jadi inget pas SD juga di sekolah Teteh udah mulai ada yang kirim surat atau kasih coklat gitu. ya ... kuncinya memang ngobrol dari hati ke hati.

    BalasHapus
  4. MasyaAllah... MasyaAllah, makasih anggun, tulisannya mencerahkan

    BalasHapus
  5. Aduhhh ini pe er yang menyeramkan buatku juga. Apalagi di sini, SEMUA boleh, termasuk urusan gender fluid *tutup mata*. Semoga kita semua diberikan bijaksana dan kekuatan dari Tuhan ya teh untuk membimbing anak-anak kita. Makasih tulisannya, bikin ingat harus siap-siap juga.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia Dua Guru Bahasa

Ada di Setiap Hati yang Bersyukur #HappinessProject

Makanan Favorit Sekitar Kampus Gajah