Kukuh dan Teguh

Namaku Kukuh. Waktu kecil, aku sempat protes kepada Abah perihal namaku ini. Pasalnya, saat itu ada seorang penyanyi cilik bernama Chikita Meidy yang sedang populer dengan lagunya yang berjudul "Kukuku". 

Kuku kuku kukuku kuku
Kuku kuku kukuku kuku
Jari tanganku
Kukunya lima (oh ya) 
Jari kiriku juga lima

Alhasil, seringkali ketika aku berjalan di lorong sekolah, teman-teman mengejekku dengan menyanyikan lagu tersebut. Mereka menambahkan huruf h di setiap kata kuku. Awalnya, aku merasa biasa saja, tapi lama-lama terganggu juga.

"Bejakeun, bagus kitu artinya nama Kukuh teh, istiqomah. Pamere Abah, Ulah diheureuykeun. Geus kitu mah antepkeun weh, engke ge boseneun." kata Abah ketika aku bercerita tentang kekesalanku. 

Aku menuruti nasihatnya untuk menegur mereka agar tidak mempermainkan nama yang telah orangtua beri, lalu setelahnya menghiraukannya. Alhamdulillah, perkataan Abah benar, mereka bosan karena tak ditanggapi.

Tak kusangka ketika menjelang dewasa, nama ini juga yang membawaku bertemu dengan kekasih hati. Saat itu aku masih menjadi mahasiswa baru. Di satu kelas, dosen mengabsen satu per satu nama anak didik barunya. 

"Kukuh Hidayat"
"Hadir, Pak,"
"Teguh Nur Hidayati"
"Ada, Pak,"
"Eh... Kalian adik kakak?"
"Euu.. Bukan, Pak!"
"Lucu ini, namanya serupa tapi tak sama, bersinonim. Kukuh dan Teguh, sama sama hidayat lagi,"

Gadis yang duduk berselang dua orang di sampingku itu tersenyum mendengar cocoklogi Pak Dosen. Aku pun terpana melihat senyumannya yang manis sekali.  Jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat. Setelah hari itu, wajahnya sering terbayang di benak.

Oh tentu saja, aku pun berusaha mendapatkan hatinya. Alhamdulillah, aku tak bertepuk sebelah tangan. Kukuh dan Teguh akhirnya bersama, mulai dari bangku kuliah hingga bangku pelaminan.

Iya, kami bersama sampai saat ini, saat ia terbaring di ruang bersalin hendak melahirkan anak pertama kami. Teguh dengan sangat teguh berjuang menikmati segala sakit kontraksi yang datang. Aku hanya sanggup menemani di sisinya, mengusap punggungnya, menyediakan tangan untuknya meremas saat sakit tak tertahankan.

Tak lama, tangisan bayi mungil terdengar, bercampur dengan tangisku yang lega perjuangan Teguh berakhir indah. Kami pun memberinya nama Nurul Istiqomah Hidayat. Dia adalah cahaya kami yang semoga seperti arti namanya akan kukuh dan teguh memegang hidayah-Nya. 

Komentar

  1. Teh Anggun keren ceritanya. Idenya bisa aja deh!

    Salam semangat

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia Dua Guru Bahasa

Ada di Setiap Hati yang Bersyukur #HappinessProject

Makanan Favorit Sekitar Kampus Gajah