Orang-orang Sederhana Berhati Kaya

Saya mengenal Dedy Vanshopi dari postingan Instagram salah seorang teman. Ketika itu, saya memilih salah satu tulisan yang ada di akun Instagramnya sebagai bacaan sebelum tidur. 

Namun ternyata, tulisannya mengandung bawang, Pemirsa! Alhasil malam itu, saya pun tidur sambil bercucuran air mata, tapi hati terasa hangat. Anehnya ga kapok, ada malam lainnya ketika dibuat mengharu biru kembali dengan tulisan-tulisan beliau.

Dedy Vansophi atau lebih sering dipanggil Romo adalah seorang sutradara yang suka menulis. Biasanya, beliau menuliskan kisah dari kampung halamannya di feed Instagramnya. Kisah tentang kehidupan keluarga serta orang-orang sekitarnya. Kisah-kisah yang sederhana tapi manis dan menyentuh hati. 

Tulisan-tulisannya tersebut akhirnya dikumpulkan menjadi dua buah buku yang berjudul "Rumah Tepi Kali" dan "Orang-orang Tepi Kali". Tentu saja, sebagai penggemar tulisan Romo, buku-buku ini sekarang termasuk salah dua penghuni rak buku di rumah kami.  


Rumah Tepi Kali 

Buku ini adalah buku pertama yang diterbitkan Romo sebagai kumpulan kisahnya. Buku ini mendapat sambutan hangat dari para follower Romo, bahkan sampai ada edisi yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Jawa Ngapak, berjudul Umah Pinggir Kali. 

Buku setebal 183 halaman ini terdiri atas 19 cerita. Ada cerita tentang perjuangan seorang bapak menyekolahkan anaknya. Ada juga kisah perjuangan seorang kuli panggul yang konsisten menimba air sumur di musala kampung agar dia punya tabungan amal sebagai anak saleh untuk ibunya yang telah tiada.

Selain itu, kisah romantis orang tua penulis pun dihadirkan dengan hangat, saat mereka masih bersama di dunia pun saat yang satu telah berpulang. Keseruan sebuah keluarga yang mendamba televisi juga ditulis dengan sangat apik oleh Romo. Bahkan, ada satu cerita tentang perampok yang ternyata berhati lembut di dalam buku ini. 


Masih banyak cerita lainnya yang menarik. Cerita tentang orang-orang inspiratif yang sederhana tapi berhati kaya. Cerita yang mungkin tak akan kita temukan di tengah kemewahan tinggal di kota besar. 

Orang-orang Tepi Kali

Buku yang kedua ini belum lama terbit. Seperti yang sebelumnya, buku setebal 196 halaman ini pun merupakan kumpulan kisah. Ada 17 cerita di dalamnya. Temanya masih tentang orang-orang inspiratif di sekitar Romo. Orang-orang di kampung halamannya. 

Satu cerita favorit saya dari buku ini berjudul "Paklik Sukrosono". Satu tulisan yang bertabur banyak kasih sayang di dalamnya sampai membuat hati hangat sehangat-hangatnya. Cerita ini adalah tentang cintanya sepasang orang tua yang berusaha membuat anak-anaknya tak merasakan kesusahan, sayangnya seorang adik pada kakaknya pun sebaliknya, kasihnya anak yang berusaha memahami orangtuanya yang sedang berjuang demi mereka. 

Pertama kali membacanya di feed IG Romo, saya bercucuran air mata. Membacanya untuk yang kedua bahkan ketigakali nya di buku ini, tak membuat mata kering, tetap menangis terharu. Yah, mungkin karena cengeng is my middle name ya, hehehe. 

Pas halaman ini mata mulai berair, halaman berikutnya ambyar


Cerita lainnya pun tak kalah bikin hangat. Sayangnya ada beberapa yang buat saya terlalu pendek, "Ih ko cuma seginiii sih ceritanyaaaa, masih pengen tau kelanjutannya atuhlah." Masih mendamba ada kejadian manis lainnya tea.. Hahaha pembaca demanding

Apakah bukunya kids friendly? 

Awal membeli buku ini memang untuk saya, bukan untuk anak-anak. Namun, mereka jadi penasaran karena melihat Ibunya sangat khusyuk membaca plus covernya yang colourful dan bergambar anak-anak.

"Bu, kita boleh ikut baca ga?"
"Ntar ya, Ibu tamatin dulu."

Dan ternyata benar saja ada 1-2 cerita yang saya rasa belum bisa jadi konsumsi mereka karena ada hal-hal dewasa yang dibahas. 

Cerita lainnya mah sangat kids friendly bahkan sangat saya rekomendasikan untuk dibaca oleh mereka. Buku PPKn rasa novel deh pokonya! 

Alhamdulillah, bocahnya nurut dengan aturan dari Ibunya. Beberapa judul yang Ibunya larang untuk dibaca pun mereka lewat.

Buku Berjuta Hikmah

Seperti gambar sampulnya yang layaknya buku pelajaran zaman dulu, buku ini memang mengajarkan banyak hal untuk pembacanya. Bahasa yang digunakannya ringan, plotnya sederhanatapi kaya hikmah. 

Buku ini adalah buku yang jujur dan mengajak diri untuk banyak bersyukur. Buku yang terasa sangat dekat dengan keseharian. Buku yang mengajarkan bahwa bahagia itu tak hadir dari kemewahan tapi dari kebersamaan dan hati yang lapang. 

Definitely, must read books! 

***

Review buku tentang orang-orang inspiratif ini ditulis untuk menjawab Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog di bulan November 2022. Lumayan yaa satu tulisan mengambil dua tema hihi. 

Oh ya, bagi yang tertarik dengan bukunya, buku ini masih diterbitkan secara indie ya, belum bisa dicari di toko buku terdekat. Berikut link marketplacenya . Happy reading! 

Komentar

  1. Teh Anggun ... kisahnya menarik. Jadi pingin searching IGnya

    BalasHapus
  2. Menarik. Sudah follow vansophy di ig, tapi rasanya jarang nongol di timeline ya. Mungkin karena timing-nya nggak pas aja. Giliran saya online, dia enggak. Atau sebaliknya, jadi jarang ketemu pas dia update. Jadi pengen juga baca bukunya, supaya nggak usah scroll-scroll di medsos.

    BalasHapus
  3. padahal udah kepikiran mau nyari bukunya, eh ternyata diterbitkan secara indie. Berharap ada di ipusnas atau gramedia digital. Aku juga lebih suka cerita orang-orang sederhana daripada cerita orang kaya raya.

    BalasHapus
  4. "Cengeng is my middle name".. hiks kok sama. Aduh sepertinya saya pun akan bercucuran air mata membaca buku Romo ini. Kalau dari review Teh Anggun, kisahnya heartwarming sekali ya. :)

    Untuk menulis suatu cerita, kisah orang-orang sekitar yang nyata dan 'ordinary' begini malah bisa memberi inspirasi tersendiri.
    Terima kasih informasinya ya Mamah Anggun, jadi menambah to-read-list deretan buku. :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia Dua Guru Bahasa

Makanan Favorit Sekitar Kampus Gajah

Ada di Setiap Hati yang Bersyukur #HappinessProject