Agustusan Yang Berbeda

Di negara kita, perayaan kemerdekaan biasanya diisi dengan berbagai macam perlombaan. Kadang saya bertanya-tanya, ini dimulai sejak kapan, ya ... sampai akhirnya bisa membudaya hingga sekarang. 

Sejak kecil, saya termasuk penikmatnya. Lomba makan kerupuk, balap kelereng, memasukkan pensil ke dalam botol, sampai lomba peragaan busana muslim dalam rangka hari kemerdekaan pernah saya juarai. Beranjak remaja, mulai berperan menjadi panitia acaranya. Sekarang, cukup jadi supporter-nya anak-anak yang selalu happy menyambut 17-an. Bahkan di masa pandemi ini, meski tak ada acara di sekitar lingkungan rumah, kami biasa mengadakan berbagai perlombaan di rumah sendiri. 

Namun, pernah satu kali kami mengalami perayaan Agustusan yang sedikit berbeda. Perayaan di sekolah anak-anak ketika mereka masih duduk di bangku TK, sekitar 4 tahun yang lalu. Waktu itu Teteh masih jadi murid TK B dan Kakak TK A. Balada punya anak umurnya deketan, TKnya pun barengan.

Perayaan Agustusan yang Unik

Ketika itu, alih-alih mengadakan perlombaan-perlombaan, sekolah anak-anak memilih bermain perang-perangan. Iya, perang-perangan. 

Sejak sepekan sebelumnya, anak-anak sudah dikisahkan tentang berbagai macam perjuangan bangsa kita menghadapi para penjajah. Salah satu guru di sana memang pandai bercerita. Anak-anak juga diperkenalkan dengan keanekaragaman yang ada di negara kita. Mereka juga diberi pengetahuan tentang negara-negara yang pernah datang ke Indonesia.

Mereka pun diberitahu bahwa nanti sehari sebelum libur 17 Agustus, mereka akan bermain perang-perangan. Anak lelaki akan menjadi para pejuangnya, anak perempuan akan menjadi tim medis, dan para guru yang menjadi musuhnya. Terbayang kan betapa tak sabarnya mereka menanti hari tersebut?

Senjata untuk bermain perang pun dipersiapkan dengan baik. Guru-gurunya sampai membuat pistol-pistolan dari pelepah pisang. Pistolnya memiliki pelatuk di bagian atas, yang kalau dipukul ke arah depan akan menghasilkan bunyi cukup keras seperti tembakan. Keren ya idenya? 

Tak lupa, mereka juga menyiapkan plastik berisi air untuk dipakai layaknya granat. Saya jadi teringat masa perang air setelah wisuda dulu di himpunan, hihihi.

Hari bermain pun tiba

Anak-anak memakai ikat kepala berwarna merah putih. Meja-meja dibalikkan dan disusun menjadi benteng pertahanan. Senjata-senjata sudah siap digunakan. Saya tidak ikut menyaksikan, hanya mendapat kiriman video kegiatannya. Namun, melihat anak-anak bermain dengan riang rasanya ikut senang sekali. Sampai seminggu sesudahnya, mereka terus bercerita tentang keseruan bermain perang-perangan di sekolah. 

Berikut sedikit dokumentasi kegiatan bermain perang ini yang masih tersimpan di handphone saya :

pasukan siap


para guru yang siap diserang, hihihi

pembagian senjata

begini nih penampakan pistol dari pelepah pisangnya

bersembunyi di balik benteng


Seru kan perang-perangannya? 

Kisah-kisah perjuangan yang diceritakan para guru pun ternyata cukup membekas di hati anak-anak. Pengetahuan umum tentang negara-negara lain juga menarik hati mereka. Sampai suatu hari, Teteh pernah berkata, "Ibu, aku sudah tahu bendera Indonesia, Belanda, sama Jepang. Kalau benderanya Korea kaya gimana sih, bu?"

Iya, saat itu dia familiar dengan Korea, karena merupakan negara penghasil tontonan favorit ibunya, drama Korea, hahaha ... Eh, kartun favorit dia juga saat itu sih, Robocar Poli, hihihi.

Itulah salah satu kenangan perayaan hari kemerdekaan yang cukup berkesan untuk kami, kalau kalian bagaimana? Adakah perayaan unik yang masih teringat terus sampai saat ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia Dua Guru Bahasa

Makanan Favorit Sekitar Kampus Gajah

Ada di Setiap Hati yang Bersyukur #HappinessProject