Ayat-Ayat Cinta-Nya

Satu malam di tahun 2004.

Saya menutup halaman terakhir sebuah novel di tangan dengan helaan nafas panjang. Pipi rasanya masih basah. Air mata telah mengucur deras sebelumnya, tapi anehnya hati terasa hangat. Malam itu tak terlupa.

Sebagai seorang pecinta novel, sayang sekali rasanya melewatkan satu bacaan yang sedang hits ini. Namun, saya tak menyangka ternyata efeknya begitu dramatis 
pada diri. Ada sesuatu yang akhirnya mengetuk hati.

Novel apa sih? Ya, sesuai judul tulisannya, Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.

Sepertinya hampir semua orang hafal ceritanya. Terlebih novel tersebut sudah diadaptasi ke dalam film bioskop. Bukan, saya menangis setelah membaca novelnya bukan karena Aisha yang harus merelakan berbagi suami dengan wanita lain. Pun bukan karena Maria yang pada akhirnya mencapai cintanya, tapi waktunya habis di dunia.

Namun, satu hal yang membuat hati ini rasanya lebih tersentuh adalah keindahan islam yang banyak diangkat dalam novel ini. Saya jadi memaknai tentang ketangguhan muslim dalam menuntut ilmu, hidayah yang bisa datang kapan saja, istiqomah dalam ketaatan, aturan islam yang terlihat berat padahal sesungguhnya dibuat untuk memudahkan hidup manusia.

Rasanya seperti disentil, terutama akan hal yang belum saya taati. Setelah malam itu, saya pun bertekad, “Besok, mau pake jilbab ah.” Keputusan yang sebetulnya bukan tiba-tiba, sudah ada kecenderungan sebelumnya. Namun, novel ini makin menguatkan.

Masih ingat sekali, di hari pertama berkerudung itu, saya mengobrak-abrik semua lemari di rumah. Sampai akhirnya terpilih kerudung krem kepunyaan mamah, kaos hitam lengan panjang milik sendiri, dan rok teteh saya yang berwarna senada kerudung 

Hari itu, saya ada kegiatan di kampus. Banyak teman yang terlihat kaget melihat penampilan baru saya. Banyak juga yang memeluk dan memberikan selamat. Ah, hatiku hangat, sekaligus lega.

Satu hidayah yang mahal itu telah tergenggam. Hidayah yang merupakan hak otoritas Tuhan dalam memberikannya, bisa kapan saja, lewat siapa dan apa saja. Semoga bisa selalu istiqomah dalam ketaatan. Semoga dimudahkan dalam membaca ayat-ayat cinta-Nya. Semoga jadi bagian dari sebaik-baik hamba yang pandai bersyukur.

Alhamdulillahiladzi bini matihi tatimush sholihat.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia Dua Guru Bahasa

Makanan Favorit Sekitar Kampus Gajah

Ada di Setiap Hati yang Bersyukur #HappinessProject