Bagi ibu beranak dua seperti saya, hari yang menyenangkan itu ketika anak-anak anteng seharian, mau tidur siang, dan tidak ada drama tantrum ataupun 'perang saudara' rebutan mainan. Hari yang menyenangkan itu ketika sukses memasak makanan enak, suami dan anak makan dengan lahap, makanan habis tak bersisa. Hari yang sungguh menyenangkan pula ketika bisa shalat tepat waktu tanpa terganggu rengekan mengantuk dan minta susu. Bisa shalat dengan tenang tanpa was-was bayi yang sedang hobi merangkak terantuk. Pun tidak ditunggangi bagai kuda saat sedang sujud. Hari pun semakin menyenangkan ketika suami bisa pulang kerja tepat waktu, tidak ada acara ngelembur. Kemudian ditutup dengan dua bocah tidur cepat, ibu pun bisa istirahat. Ber'me time' ria. Ngemil es krim atau bikin mie instant, leyeh-leyeh sambil blogwalking dan buka instagram. Ternyata bahagia itu nggak sederhana ya? Banyak syaratnya. Ah dasar manusia. Padahal sejatinya bahagia itu ada di setiap hati ya...
Tahun 2007 - 2010, saya sempat menjadi seorang guru matematika di sebuah MTs di Cimahi. Murid - murid saya ketika itu, kini sudah menjelma menjadi seorang dewasa. Cukup banyak yang masih berkontak ria via sosial media. Kadang lucu mengingat mereka yang dulu masih memakai seragam putih biru, kini sudah menjadi bapak-bapak atau ibu-ibu. Bahkan sudah ada yang beranak dua, menuju tiga. Mau nyamain gurunya. Beberapa waktu lalu, ada seorang murid yang nge japri di instagram untuk berkonsultasi tentang proses penyapihan anaknya. Bodor yaa, dulu mereka nanyanya tentang rumus luas lingkaran sekarang tentang penyapihan. Kemudian jadi teringat pernah menuliskan tentang proses penyapihan dua anak saya di blog. Akhirnya saya kirim linknya sambil baca lagi apa sih yang dulu ditulis. Ketika itu, dua bocah yang diceritain di blog melihat sekilas layar hape ibunya. "Bu, foto siapa tuh? Aku ya waktu bayi?" "Iya" "Ih itu tentang apa? " "Cerita waktu teteh kaka d...
Bagi Nita, pertemuan pertama mereka tak akan pernah terlupa. Tasya yang memperkenalkan mereka berdua. “ Kamu pasti bakal suka deh, Ta, kamu banget soalny a,” ujar Tasya meyakinkannya kala itu. Nita ragu tapi ternyata Tasya knows her so well . Nita langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Selain itu, ia pun hadir di saat yang tepat, saat Nita sedang tertekan dengan segala tugas dan kehidupannya sebagai mahasiswa tingkat akhir. Kehadirannya membawa warna baru dalam hidup Nita yang sedang di titik jenuh. Dia yang seru dan penuh kehangatan membuat hari-hari Nita menjadi lebih semarak. Sejak saat itu, hidup Nita diwarnai olehnya. Saat kesepian, ia akan mengingatnya. Saat merasa bosan, Nita pun mencari hiburan dengannya. Saat merasa sedih, ia ingin ditemani olehnya. Bahkan saat bahagia, hal pertama yang terlintas dalam pikiran Nita adalah berbagi dengan dirinya. Semakin lama mengenalnya, mulai tumbuh rasa yang tak biasa. Ada saat Nita harus bisa menahan diri untuk tidak selalu...
Komentar
Posting Komentar