Ketika Abi Pulang Kerja

Setelah menikah dan beralih profesi menjadi ibu rumah tangga, ada satu waktu yang paling saya tunggu di setiap harinya, kecuali weekend. Biasanya waktu yang ditunggu itu menjelang magrib, tetapi terkadang dapat bonus menjadi malam hari.  Meski judulnya bonus,  rasanya menyebalkan karena jadi makin lama sendirian.  Ya, betul. Waktu yang ditunggu itu adalah ketika suami pulang kerja.

Ketika beliau pulang, saya akhirnya ada teman untuk mengobrol. Saya bisa bercerita hari ini ngapain aja kemudian bisa pamer dan menyantap bersama masakan yang telah saya buat dengan sepenuh hati untuk beliau. 

Setelah punya anak, ternyata terjadi persaingan. Biasanya yang dipeluk duluan adalah anaknya, istrinya belakangan ... hahaha. Namun, sebenarnya saya happy aja karena akhirnya partner mengasuh datang juga. 

Persaingan makin ketat ketika anaknya menjadi dua. Baru terdengar suara motornya saja, dua bocah sudah berhamburan ke pintu sambil berteriak, "Abiii ... ". Setelah itu, mereka akan berebutan minta digendong, bahkan ketika suami belum sempat menyimpan tasnya. 

Ketika akhirnya anaknya menjadi tiga, Ibu harap bersabar ... hahaha. (Udahlah buat teh manis aja dulu di dapur buat juragan.)

foto tahun 2014
 ketika dua bocah berebutan minta digendong

Setelah pandemi terjadi di Indonesia, ritual menyambut Abi ketika pulang kerja ini sedikit berubah. Kali ini, kami tidak bisa langsung mencium tangan dan memeluknya. Ada protokol kesehatan yang harus dijalankan. Semua peralatan yang dibawa disemprot terlebih dahulu dengan disinfektan. Setelah itu, Abi pun harus membersihkan badannya dulu sebelum akhirnya bisa bercengkrama dengan orang rumah. 

Repot? Sedikit. Namun, pekerjaan suami yang menuntut keluar rumah dan bertemu banyak orang membuat hal ini harus dijalankan.

Alhamdulillah, anak-anak bisa bersabar. Malah seringkali, mereka yang memastikan semprotan disinfektan ada di depan pintu rumah. Berulang kali juga, mereka memastikan saya sudah menyiapkan baju ganti untuk abinya di kamar mandi.

Ritual bersorak memanggil Abi saat beliau sampai di depan rumah tetap ada sih.  Namun, kali ini berjarak. Lucunya, terkadang dengan masih menjaga jarak, anak-anak ini sudah tak sabar untuk bercerita tentang segala macam. Sekali waktu, ada anak kecil yang tetap mengajak ngobrol abinya dari balik pintu kamar mandi ... hahaha. Yah, beginilah nasib lelaki yang memiliki empat wanita di rumahnya.  Harus bersabar dengan 20.000 kata dikalikan empat yang harus dikeluarkan oleh kami.


sabar menanti

kalau ini, ketika abi pulang bersepeda


Di balik segala kerepotannya setiap suami baru saja pulang ke rumah setelah beraktivitas di luar, kami bersyukur beliau masih diberikan kesehatan serta kemudahan dalam mencari rejeki untuk keluarga.

Semoga kita semua pun sehat selalu dan pandemi ini bisa segera berlalu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia Dua Guru Bahasa

Makanan Favorit Sekitar Kampus Gajah

Ada di Setiap Hati yang Bersyukur #HappinessProject