Our Little Chefs

Sejak berusia empat tahunan, anak-anak terbiasa ngerecokin ibunya di dapur. Terkadang hanya ikut bermain masak-masakan dengan peralatan dapur, di lain waktu menjadi asisten ibu bagian mengupas bawang atau mengaduk adonan. Bukan hanya karena mereka perempuan saja maka saya mengajak terjun ke dapur sejak dini, melainkan karena saya merasa banyak manfaat yang bisa didapatkan. Mereka berkegiatan positif, belajar berhitung, belajar membaca resep, belajar mengenal berbagai macam bahan makanan, bonusnya mereka lebih lahap makan jika ikut terlibat dalam pembuatannya. Meski tentu saja, berkegiatan di dapur bersama anak-anak ada konsekuensi yang harus ditanggung. Dapur menjadi jauuuuuh lebih berantakan ... hahaha. 

Di masa pandemi ini, memasak menjadi salah satu agenda penghilang kebosanan bagi kami. Memang aneh ya selama di rumah saja, kok rasanya mulut ini sulit untuk berhenti mengunyah dan perut ini cepat sekali laparnya. Akhirnya, dapur menjadi salah satu tempat favorit.

Awalnya, anak-anak yang saat ini sudah berusia tujuh dan sembilan tahun hanya menjadi asisten koki. Mereka membantu ibu membuat adonan cireng, cilok, cimol, cilor, dan geng per-aci-an lainnya. Sudah bisa juga membantu mengiris bawang, sosis, baso, kentang, atau wortel. Memasak nasi, menggoreng telur, atau membentuk donat dan roti pun sudah semakin handal. Sampai akhirnya mereka keranjingan nonton serial Masterchef di salah satu stasiun televisi, kemudian tertantang untuk membuat masakan sendiri, tak hanya menjadi asisten saja.

"Bu, Bi ... bikin challenge dong buat kita kaya di Masterchef. Dikasih tema gitu, masak apa, " dua anak gadis itu meminta. 

Saya sempat bilang, "enggak usah challenge segala deh, masak bareng aja." Maksud hati sih biar enggak perlu berkompetisi antar saudara. Namun, mereka keukeuh, supaya lebih seru katanya. Akhirnya, Abi pun memberi tantangan membuat nasi goreng.

Mereka semangat sekali menyambut tantangan dari abinya. Ada yang meminjam gawai untuk menggoogling resep nasi goreng yang enak. Ada yang bertanya resep rahasia neneknya. Sampai akhirnya, hari yang dinanti tiba. Tantangan pun dijalankan. Kali ini ibu yang menjadi asisten, memastikan mereka menggunakan peralatan dapur dengan aman. 

Nasi goreng hongkong ala Devina Hermawan dan nasi goreng spesial dipertandingkan. Nenek dan Kakek menjadi jurinya karena waktu itu kami sedang tinggal di rumah mereka. Ketika tiba waktu penjurian, Abi sempat bertanya, "Sudah siap kalah? soalnya semua orang pasti siap menang, tapi belum tentu siap kalah.", kemudian dijawab oleh salah satu peserta, "insya Allah siap, tapi kan siapa tahu aku yang menang." ... hahaha. Alhamdulillah, positive thinking, ya.

Kakek dan Nenek sempat dibuat bingung dengan penjuriannya. Tentu saja karena alasan emosional, kasih sayang kepada cucu, takut ada yang nangis karena kalah ... hihihi. Namun, malah para peserta yang meyakinkan para juri, it's okay, kami siap kok. Ternyata yang sudah yakin menang yang malah kalah. Anaknya kecewa? sedikit, tapi alhamdulillah tak ada tangisan dan challenge ditutup dengan makan nasi goreng bersama yang di luar dugaan, rasanya enaaaaak. Pantas juri sempat bingung tadi.

nasi goreng hongkong

nasi goreng spesial

Setelah itu, agenda di dapur semakin seru. Selain challenge, ada juga agenda memasak bersama untuk berbagi kepada teman-teman mereka via drive thru. Makaroni schotel dan bakpao yang sudah jadi diantar ke rumah teman-temannya sambil sekalian jalan-jalan. Meski hanya bertemu di pagar rumah dengan berjarak, lumayan cara ini sedikit melepaskan rindu bertemu teman-teman. 

makaroni schotel siap diantar ke rumah teman-teman

Challenge tentu saja masih berlanjut. Bulan lalu, dengan menu ayam, mereka memasak chicken steak dan ayam geprek yang membuat kami ternganga, "kok enaaaak.". Alhamdulillah, sudah bisa bikin sambal dan saus steak, Pemirsa! 



Pekan lalu, challenge membuat puding yang dilalui. Puding oreo dan puding jeruk mewarnai kulkas kami. Alhamdulillah, membuat saya istirahat sejenak dari membuat camilan untuk anak-anak. Lucunya, bukan skenario yang disengaja oleh kami, tapi pemenang challenge-nya bergiliran. Yah, mungkin diatur oleh-Nya, gantian giliran masak yang lebih enaknya, biar sama-sama pernah merasakan jadi juara. 

Alhamdulillah, salah satu hikmah pandemi bagi kami adalah lahirnya koki-koki kecil ini di rumah. Semoga kelak menjadi istri binangkit yang bisa membahagiakan keluarga dengan masakan-masakannya.

Komentar

  1. yuuummmmyyyy ... teh anggun jadi kepingin nih he3 ...
    selalu sehat dan semangat ya aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nostalgia Dua Guru Bahasa

Makanan Favorit Sekitar Kampus Gajah

Ada di Setiap Hati yang Bersyukur #HappinessProject